15 Januari 2008

Selamat Jalan


Ini 100 hari mengenang pergimu
untuk Kakak yang telah tiada

Ketika kau ada
kubisa simpan rinduku
karena tlah kau jalani hidupmu
dan kujalani hidupku
jarak dan waktu pun
membelah dan memisahkan


Tetapi kini

saat kau tiada
begitu terasa hadirmu
terkenang saat bersamamu
merana hati kehilanganmu
tiada ujung batas merindumu
karena kau telah pergi sangat jauh 

Setiap kali kau melintasi sanubari
terasa jantung kehilangan nadi
karena pergimu tak kan kembali
ini hari ke -100 kau masuki keabadian jiwa
kau rebahkan sukma raga
dan beristirahat dari kembara

Usiamu 37 tahun 
kau berjalan dari darma ke darma
kiranya batas darma baktimu
cukuplah sampai di situ
Tuhan begitu sayang kepadamu
dan tak membiarkanmu lelah
meniti hari demi hari
yang penuh barikade berduri

Kaulah kuncup yang gugur
di antara putik dan bunga yang berguguran
walau kuncupmu belum lagi mekar
tapi wangimu telah sampai ke hatiku
menebar harum sepanjang waktu
seharum bunga di hatiku untukmu

Beristirahatlah
bersama jiwa-jiwa yang tenang
suatu hari nanti
kita pasti bersama lagi
di sana



Malang, 4 April 2006


2 komentar:

  1. bu lis.....
    setelah saya membca puisi puisi dan artikel artikel ibu kebanyakan isinya selalu ada sangkut pautnya dengan kelurga bu lis......
    kalau boleh tahu apa sih bu yang membuat bu lis sangat sangat sangat mencintai kelurga bu lis??
    apa ada kenangan yang membekas hingga ibu sangat mencintai adik2 atau kakak bu lis? atau memang sejak awal di dalam keluarga sudah di ajarkan saling menyayangi. Martha jadi iri dengan kasih sayang yang tercipta di dalam keluarga ibu.....

    BalasHapus
  2. @Martha..

    Bagi saya: Keluarga memang segalanya di hati saya. Walaupun pada kenyataannya tidak seperti kata hati, karena arus kehidupan yang berbeda. Sejak kecil kami dididik demikian, sampai mengurat, mengalir bersama aliran darah.
    Untuk saling mencintai, saling mendukung, saling membantu, insya Allah selamanya....

    BalasHapus