30 November 2010

Pak Pos, Saya Rindu Menulis Surat…(Bagian II)

2. Cuplikan Surat-Surat dari Murid Saya di Madura
(Bagian II)


11. Dari Athirta Irjatmiko

“Dengan surat ini semoga hati Ibu yang sedih menjadi bahagia dan jika gelisah menjadi tenang. Semoga Ibu sehat dan selalu dalam lindungan Allah swt. Ibu, dalam hari-hari bersama kami, tentu banyak kenangan bahagia dan pedih yang bersatu. Dengan saling memaafkan, kenangan pahit dapat terlupakan. Kini Ibu telah pergi demi tugas, dengan sejuta kenangan yang membekas di hati. Terima kasih atas bimbingan, binaan, dan didikan Ibu kepada kami. Ilmu telah kudapatkan, tapi hanya kata-kata ini yang bisa aku persembahkan:

Seorang Ibu melangkah
Menuju kota Berteman
Merangkai perjalanan
Demi tugas dan kewajiban
Hari-harimu berlalu
Mengukir sebuah kenangan
Bibirmu selalu tersenyum
Namun jiwamu risau
Karena cinta kau tinggal jauh

Saya tidak tahu bagaimana perasaan Ibu setelah membaca untaian kata tersebut, tetapi saya berharap Ibu tersenyum membacanya, karena dengan tersenyum Ibu semakin kelihatan manis…”

12. Dari Saheriyanto

“Hari ini, 6 Januari 2004. Ibu telah melewati masa pengabdian selama 7 tahun 7 bulan di Pulau Garam, di SMAN 1 Pamekasan. Kini Ibu telah meninggalkan kami, menuju tempat tugas dambaan Ibu. Saya sebenar-benarnya sangat sedih dan haru. Semoga di tempat yang baru Ibu sangat menyukainya, saya ingin Ibu tetap bahagia seperti saat bersama kami. Guruku yang tulus memberikan ilmu, terima kasih atas segalanya, terima kasih telah membuka pintu hati kami untuk mengerti hakikat hidup yang sesungguhnya. Ibu guru yang kucintai, maafkanlah apabila tingkah laku kami selama di kelas atau pada waktu berpapasan di jalan kurang berkenan. Ibu, malam ini sudah larut. Saya hanya bisa mengucap selamat berpisah. Satu yang tak dapat kulupa, engkau guruku yang penuh sukacita. Rasanya saya ingin bertemu walau hanya sebentar, ingin belajar bersamamu walau hidup dalam mimpi…”

13. Dari Indra Wahyudi, Jalan Raya Blumbungan No. 9 Pamekasan

“ Saya ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu karena dengan bimbingan Ibu, saya mengerti arti kehidupan yang sebenarnya. Pengalaman mengajar di di Pamekasan janganlah membuat ibu menyesali jalan hidup. Selamat bertugas di tempat yang baru, saya berharap suatu saat nanti bisa bertemu dengan Ibu lagi. Apabila selama ini saya pernah membuat luka perasaan Ibu, saya mohon maaf. Saya berdoa untuk kebahagian Ibu, dan saya mohon doa restu untuk kesuksesan saya, Ibu…”

14. Dari Moh. Reza Bahrezi

“ Selamat malam, petang, sore, siang, pagi. Saya ingin mengucap salam itu setiap waktu untuk Ibu. Apa kabar? Sejak saya dengar Ibu akan pindah tugas, pada siang itu hati saya terasa pedih. Menetes air mata saya. Semua itu pertanda bahwa Ibu tidak boleh pergi meninggalkan saya. Tapi saya tidak boleh egois untuk kebahagiaan Ibu. Karena Ibu juga punya tanggung jawab yang besar di lain hal. Terima kasih Ibu, telah mendidik, membimbing, menasihati, mengayomi, dan menyemangati saya untuk menjadi nomor satu. Masih ingatkah, ketika Ibu mengumumkan hasil ulangan ke-3 dan ke-4, Ibu menyatakan bahwa hasil ulangan saya “bagus”, hati saya sangat senang dan saya merasa punya arti. Setiap menulis, saya teringat Ibu yang selalu berpesan untuk memperhatikan EYD, tanda baca, tulisan yang jelas, dan pilihan kata yang benar. Jangan lupakan simphoni masa lalu di SMA bersamaku, Ibu… jadikan semua ini sebagai kisah klasik di masa depan. Semoga Ibu bahagia di tempat yang baru, dan senantiasa dalam lindungan Allah swt. Saya berharap dapat bertemu Ibu di lain waktu, di lain kesempatan, dan saya ingin melihat Ibu tetap tersenyum…”

15. Dari Dedi Novianto

“Ibu, walaupun Ibu tidak mengajar kami lagi, tapi insya Allah saya akan tetap ingat dan mematuhi pesan Ibu untuk patuh dan hormat kepada guru pengganti Ibu, siapa pun orangnya. Walaupun sebenarnya guru penggantinya tidak seperti Ibu dalam mengajar kami. Saya berdoa semoga semua yang Ibu ajarkan menjadi ilmu yang bermanfaat. Saya berdoa untuk kebahagiaan Ibu, dan saya mohon doa kepada kedua orang tua saya juga memohon doa Ibu untuk keberhasilan saya. Mohon maaf atas semua kesalahan saya, Dedi Novianto nomor presensi 17 kelas 3 IPS-3”

16. Dari Dwi Purnomo Ramadhani

“ Ini surat penghantar untuk mengucapkan salam perpisahan. Perpisahan yang sangat tidak saya inginkan, tapi harus terjadi agar Ibu bisa bersatu dengan keluarga di Malang. Saya mohon maaf karena pernah membuat Ibu marah. Walaupun Ibu hanya marah melalui bahasa dan tanpa teriakan, tapi saya sangat menyesal. Pemberian maaf Ibu sangat berarti bagi saya dalam menjalani kehidupan kini dan masa depan. Selamat jalan Bu, saya selalu berdoa semoga Ibu selalu dalam lindungan-Nya serta sukses dalam segala hal. Saya mohon doa dari Ibu agar berhasil juga dalam segala hal. Terima kasih telah mengajari dan mendidik kami untuk menjadi tangguh dalam menjalani hidup, serta memiliki kepribadian yang matang. Jangan lupakan kami Bu, karena kami tidak akan pernah melupakan Ibu…”

17. Achmad Fajar

“Ibu Lilis yang saya sayangi, berat rasanya saya kehilangan Ibu, karena Ibu telah membuat saya bangga masuk jurusan IPS, Ibu menguatkan kami dengan memotivasi-motivasi. Ibu Lilis yang saya sayangi, sebenarnya masih banyak yang ingin saya sampaikan, tetapi saya tidak mampu mengutarakan dengan tulisan karena saya tidak bisa menahan air mata yang turun terus menerus saat saya menulis surat ini. Mungkin dengan foto ini Ibu akan mengingat saya. Jangan lupakan saya Bu, jangan lupakan kami, kenanglah kami di hati Ibu. Maafkan kami bila pernah membuat Ibu kesal atau kecewa, tetapi kami tidak pernah melakukankesalahan itu dengan sengaja. Maafkan kami Bu, maafkan kami…”

18. Dari Nurhatim

“Semoga rahmat dan hidayah Allah tetap mengiringi langkah diri dan keluarga Ibu selalu. Amien. Berat rasa hati ini melepas kepergian Ibu, pergi meninggalkan kami menuju tempat tugas yang baru. Saya, Nurhatim kelas 3 IPS 2 nomor 32 (semoga Ibu tidak lupa). Saya tidak akan melupakan Ibu, tidak akan melupakan jasa Ibu. Tidak lupa saya mengucapkan kata maaf jika saya pernah melakukan kesalahan ketika kita masih bersama. Saya memohon kepada Allah swt agar segala ilmu yang Ibu ajarkan selalu bermanfaat bagi perjalanan hidup saya menuju kesuksesan. Saya mohon doa restu Ibu agar tujuan dan cita-cita hidup saya dapat tercapai dengan baik. Semoga di lain kesempatan saya dapat berjumpa lagi dengan Ibu, ibuku yang baik…”

19. Dari Febry Kurniawan
“Perpisahan ini sangat menyedihkan karena banyak hal yang tidak akan dapat kami lupakan dari Ibu yang teguh memegang prinsip dan berwawasan luas. Telah banyak yang Ibu dapatkan di sini, pengalaman, teman, dan hal lain yang menyenangkan bahkan menyakitkan. Namun kami memohon agar Ibu dapat melupakan semua yang menyakitkan. Dan jadikan semua kebaikan sebagai kenangan yang indah, sebagaimana saya mengenang Ibu yang selalu tersenyum. Ibu telah dan pernah menjadi bagian dari komponen masyarakat Madura yang turut memberi warna waru dalam kehidupan Ibu. Saya tahu akan ada hal yang membahagiakan Ibu, yaitu kepulangan Ibu di tengah keluarga. Namun saya sebagai anak yang mencintai Ibu berharap agar Ibu tidak akan pernah melupakan kami…”

20. Ahmad Syaifur Rahman

“Ibu Guruku yang saya kagumi, kenangan bersama Ibu adalah kenangan manis yang sulit untuk dilupakan. Karena saya sungguh terkesan dengan cara Ibu menghadapi kami saat di kelas maupun kala jumpa di jalan. Pengorbanan Ibu sungguh berarti bagi kami. Tapi saat ini saya tidak bisa bertemu Ibu lagi. Semoga di tempat tugas yang baru, Ibu mendapatkan anak didik yang lebih baik dari kami. Ibu Guruku tercinta, selamat berpisah, surat ini sebagai tanda hormat saya untuk Ibu…”

(Bersambung...)

29 November 2010

Pak Pos, Saya Rindu Menulis Surat…

1. Cuplikan Surat-Surat dari Murid Saya di Madura
(Bagian I)


Di era komunikasi global yang serba modern dan canggih, jasa pelayanan pos mulai ditinggalkan. PT Pos kalah bersaing dengan jasa kurir swasta maupun perkembangan teknologi informasi seperti HP, e-mail, dan jejaring sosial yang berbasis internet, serta multimedia lain yang mampu mengirim dan menerima informasi dengan sangat cepat. Di saat seperti ini saya ingin mengingatkan bahwa Pak Pos masih ada, masih eksis, dan tetap setia melayani masyarakat dalam jasa persuratan dan pelayanan lainnya.

“Pak Pos, saya rindu menulis surat. Saya ingin membalas surat murid-murid saya yang pernah Bapak antar ke rumah saya.”

Semoga saya tidak GR (gedhe rasa) setiap membaca kembali surat-surat dari murid saya yang dikirim melalui jasa Pak Pos selama kurun waktu 7 tahun. Inilah cuplikannya:

1. Dari Esha Pradana

“Masih ingatkah Ibu dengan saya, Esha Pradana? Saya yakin Ibu masih ingat kepada saya, dan semoga tetap ingat sampai di masa yang akan datang. Saya masih terkenang ketika Ibu pertama kali datang ke Madura: Ibu takut carok. Jangan takut lagi, Ibu… Budaya carok hanya terjadi pada masyarakat Madura primitif, tidak pada kami yang terpelajar ini. Sekarang Ibu meninggalkan kami. Akan tetapi saya berharap agar perpisahan ini tidak untuk selamanya, Kita pasti dapat bertemu kembali, entah kapan… Kami akan selalu merindukan Ibu”

2. Dari Nur Prayogo Fajri

“Ibu Lilis yang baik dan sabar, saya merasa kehilangan sekali sosok guru seperti Ibu, yang bisa sabar dalam menghadapi murid-murid IPS 4 yang bandel dan nakal. Ibu Lilis, saya berharap mudah-mudahan Ibu sehat wal afiat.Hal lain yang sangat berkesan bagi saya, Ibu selalu memberi point dalam setiap partisipasi saya. Ibu sangat hafal dengan judul-judul karya sastra dan nama pengarangnya. Ibu selalu bersemangat jika berbicara tentang sastra. Setiap perjumpaan ada perpisahan, karena semua itu sudah kodrat alam yang harus kita jalani dalam hidup ini. Saya berharap Ibu tidak pernah menyesal mempunyai murid seperti saya. Terima kasih, karena Ibu telah bisa sabar dalam membina kami. Mohon maaf jika ada salah dari kami,Ibu…”

3. Dari Moh. Ambari

“Saya dengan rasa berat hati mengucapkan salam perpisahan kepada Ibu. Apabila saya pernah menyakiti hati Ibu, maafkan saya Ibu. Kelas 3 IPS-3 nakal, tapi Ibu tidak mengatakan kami nakal. Dengan perlakuan Ibu seperti itu, kami mati langkah di hadapan Ibu. Saya akan menyimpan kenangan bersama Ibu sepanjang hidupku. Jangan lupakan kami 3 IPS-3 Ibu.. Meskipun kini kita jauh dan berpisah, semoga Ibu tetap mengingat kenangan bersama kami. Kami di sini merindukan Ibu. Perpisahan ini sangat menyedihkan hati kami, tapi saya berdoa semoga Ibu bahagia…”

4. Dari Apendi Shondhar Kurniawan

“Mengapa Ibu meninggalkan saya? Saat ini saya membutuhkan guru yang mengerti cara belajar saya. Ibu bisa mengerti saya dan menerima segala kekurangan saya. Kalau saja waktu dapat diputar, saya ingin duduk di kelas 3, tahun kemarin. Sehingga Ibu bisa menemani saya sampai lulus. Perpisahan ini sangat berat bagi saya. Tapi saya tetap berdoa semoga Ibu sukses dalam menjalankan tugas dan mendapatkan murid yang baik di tempat yang baru. Kami juga mohon doa restu Ibu, semoga kami lulus dan sukses di masa depan. Ibu, jika Allah swt mengijinkan, muridmu tersayang ini akan mencari Ibu kelak… ”

5. Dari Ika Sayyidatul Husna

“Ibu, tak ada kata yang dapat saya ucapkan untuk melepas kepindahan Ibu. Dan tak ada hadiah yang dapat saya berikan, hanyalah ucapan “Selamat jalan, selamat melanjutkan kewajiban sebagai guru di tempat tugas yang baru”. Selama ini banyak kesan yang kami rasakan. Ibu baik dan ramah. Ibu tabah menghadapi kami. Ibu sangat teliti dalam memeriksa tugas, Ibu selalu melingkari setiap kesalahan tulisan dengan tinta merah. Sehingga kami tahu dan dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan itu. Ibu adalah segalanya: penghibur dalam kesedihan, pemberi harapan dalam penderitaan, membangkitkan kekuatan dalam kelemahan. Hanya Ibu yang dapat memahami arti kasih sayang dan bahagia. See you ‘n don’t forget me..”

6. Dari Nurul Hidayati

“ Tak banyak yang bisa saya sampaikan kepada Ibu. Kenangan indah bersama Ibu telah kubingkai dalam hati. Dorongan, dukungan, dan pesan Ibu akan menjadi cambuk bagi saya untuk maju. Saya senang cara Ibu mengajar, membuat saya bersemangat, berusaha, dan terus mencoba. Ibu telah membuka hati saya untuk melihat betapa perlunya perjuangan hidup. Jika selama ini ada salah kata dan perbuatan, saya mohon maaf karena lidah bagai pedang tajam yang menyakiti walau tanpa mengeluarkan darah. Saya tidak punya apa-apa untuk membalas kebaikan Ibu, tetapi saya punya doa untuk kebahagiaan Ibu sekeluarga. 'Bukan hanya suka cita yang menjadi tujuan hidup kita, tetapi berbuat dan berjuang agar setiap hari lebih maju daripada hari yang mendahuluinya'... ”

7. Dari Widiya Kusuma Dewi

“Saat pertama Ibu mengajar, saya takut karena Ibu sering mengkritik saya dan teman-teman. Tapi akhirnya kami menyadari kekurangan dan kesalahan itu, terutama dalam pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sampai akhirnya, saya sudah menganggap Ibu seperti orang tua saya sendiri. Selama belajar bahasa Indonesia, belum pernah saya serajin tahun ini. Ibulah yang memacu semangat saya. Sekarang Ibu pindah tugas, dan saya kangen. Saya berharap jika Ibu datang ke Pamekasan, saya bisa bertemu Ibu…”

8. Dari Mariyatul Kiptiyah

“ Apa kabar, Ibu? Saya berharap Ibu baik-baik saja dan selalu dalam lindungan-Nya. Sebenarnya berat bagi saya untuk melepaskan Ibu. Tapi, seperti yang pernah Ibu katakan bahwa perpisahan ini bagai keping misteri yang memilki dua sisi: sedih dan bahagia. Ibu bersedih karena meninggalkan kami, tapi Ibu juga bahagia karena bisa kembali di tengah keluarga. Maka dengan perpisahan ini saya berharap Ibu bahagia, tidak lagi seperti segi tiga sama sisi yang saling berjauhan sudut-sudutnya. Saya bisa merasakan kebahagian Ibu dalam linangan air mata saya. Satu hal yang sangat saya ingat, Ibu selalu memotivasi kami untuk belajar dan bedoa. Saya mohon, Ibu juga berkenan mendoakan kami agar meraih sukses di masa yang akan datang. Terima kasih atas semuanya, Ibu akan selalu hidup dalam kenangan kami…”

9. Dari Laksmana Jaka Weidy

“ Dan… Smile donk Bu… :) !! Saya merasa sangat sedih dan kehilangan atas kepindahan Ibu. Bagi saya Ibu memiliki ciri khas tersendiri. Sosok yang sederhana, apa adanya, tidak muluk-muluk, tidak pilih kasih, dan yang paling membuat saya salut adalah KETANGGUHAN Ibu. Saya menilai Ibu wanita yang kuat baik fisik maupun batin. Ibu wanita kedua yang tangguh setelah Ibu saya, tegar dalam menjalankan tugasnya. Mmmhh…. Sekarang sudah jam 23.45 Ibu, mata saya sudah menguncup. Tidak ada yang bisa saya berikan pada Ibu, tapi yang jelas doa saya selalu menyertai kemana pun Ibu pergi. Jaga diri baik-baik ya Bu, semoga selalu dalam lindungan-Nya. Doakan saya bisa meraih cinta-cita saya sebagai desainer ya Bu…”

10. Dari Afaf Thalib

“Entah dari mana saya harus memulai surat ini. Yang saya rasakan saat ini adalah kehilangan sosok guru yang selama ini saya kagumi dan saya hormati. Banyak kesan yang Ibu lekatkan di hati kami. Ibu sangat memperhatikan kami, dan perhatian Ibu tanpa kecuali. Dalam setiap jumpa di kelas, Ibu bisa ciptakan suasana bahagia, sedih, haru, lucu, dan lain-lain. Saat ini tak ada lagi suasana itu. Saya kehilangan. Saya kangen Ibu..”

(Bersambung…)

2. Cuplikan Surat-Surat dari Murid Saya di Madura
(Bagian II)


11. Dari Athirta Irjatmiko

“Dengan surat ini semoga hati Ibu yang sedih menjadi bahagia dan jika gelisah menjadi tenang. Semoga Ibu sehat dan selalu dalam lindungan Allahswt. Ibu, dalam hari-hari bersama kami, tentu banyak kenangan bahagia dan pedih yang bersatu. Dengan saling memaafkan, kenangan pahit dapat terlupakan. Kini Ibu telah pergi dengan sejuta kenangan yang membekas di hati. Terima kasih atas bimbingan, binaan, dan didikan Ibu kepada kami. Ilmu telah kudapatkan, tapi hanya kata-kata ini yang bisa aku persembahkan:

Seorang Ibu melangkah
Menuju kota Berteman
Merangkai perjalanan
Demi tugas dan kewajiban
Hari-harimu berlalu
Mengukir sebuah kenangan
Bibirmu selalu tersenyum
Namun jiwamu risau
Karena cinta kau tinggal jauh


Saya tidak tahu bagaimana perasaan Ibu setelah membaca untaian kata tersebut, tetapi saya berharap Ibu tersenyum membacanya, karena dengan tersenyum Ibu semakin kelihatan manis…”

12. Dari Saheriyanto

“Hari ini, 6 Januari 2004. Ibu telah melewati masa pengabdian selama 7 tahun 7 bulan di Pulau Garam, di SMAN 1 Pamekasan. Kini Ibu telah meninggalkan kami, menuju tempat tugas dambaan Ibu. Saya sebenar-benarnya sangat sedih dan haru. Semoga di tempat yang baru Ibu sangat menyukainya, saya ingin Ibu tetap bahagia seperti saat bersama kami. Guruku yang tulus memberikan ilmu, terima kasih atas segalanya, terima kasih telah membuka pintu hati kami untuk mengerti hakikat hidup yang sesungguhnya. Ibu guru yang kucintai, maafkanlah apabila tingkah laku kami selama di kelas atau pada waktu berpapasan di jalan kurang berkenan. Ibu, malam ini sudah larut. Saya hanya bisa mengucap selamat berpisah. Satu yang tak dapat kulupa, engkau guruku yang penuh sukacita. Rasanya saya ingin bertemu walau hanya sebentar, ingin belajar bersamamu walau hidup dalam mimpi…”

13. Dari Indra Wahyudi

“ Saya ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu karena dengan bimbingan Ibu, saya mengerti arti kehidupan yang sebenarnya. Pengalaman mengajar di di Pamekasan janganlah membuat ibu menyesali jalan hidup. Selamat bertugas di tempat yang baru, saya berharap suatu saat nanti bisa bertemu dengan Ibu lagi. Apabila selama ini saya pernah membuat luka perasaan Ibu, saya mohon maaf. Saya berdoa untuk kebahagian Ibu, dan saya mohon doa restu untuk kesuksesan saya, Ibu…”

14. Dari Moh. Reza Bahrezi

“ Selamat malam, petang, sore, siang, pagi. Saya ingin mengucap salam itu setiap waktu untuk Ibu. Apa kabar? Sejak saya dengar Ibu akan pindah tugas, pada siang itu hati saya terasa pedih. Menetes air mata saya. Semua itu pertanda bahwa Ibu tidak boleh pergi meninggalkan saya. Tapi saya tidak boleh egois untuk kebahagiaan Ibu. Karena Ibu juga punya tanggung jawab yang besar di lain hal. Terima kasih Ibu, telah mendidik, membimbing, menasihati, mengayomi, dan menyemangati saya untuk menjadi nomor satu. Masih ingatkah, ketika Ibu mengumumkan hasil ulangan ke-3 dan ke-4, Ibu menyatakan bahwa hasil ulangan saya “bagus”, hati saya sangat senang dan saya merasa punya arti. Setiap menulis, saya teringat Ibu yang selalu berpesan untuk memperhatikan EYD, tanda baca, tulisan yang jelas, dan pilihan kata yang benar. Jagan lupakan simphoni masa lalu di SMA bersamaku, Ibu… jadikan semua ini sebagai kisah klasik di masa depan. Semoga Ibu bahagia di tempat yang baru, dan senantiasa dalam lindungan Allah swt. Saya berharap dapat bertemu Ibu di lain waktu, di lain kesempatan, dan saya ingin melihat Ibu tetap tersenyum…”

15. Dari Dedi Novianto

“Ibu, walaupun Ibu tidak mengajar kami lagi, tapi insya Allah saya akan tetap ingat dan mematuhi pesan Ibu untuk patuh dan hormat kepada guru pengganti Ibu, siapa pun orangnya. Walaupun sebenarnya guru penggantinya tidak seperti Ibu dalam mengajar kami. Saya berdoa semoga semua yang Ibu ajarkan menjadi ilmu yang bermanfaat. Saya berdoa untuk kebahagiaan Ibu, dan saya mohon doa kepada kedua orang tua saya juga memohon doa Ibu untuk keberhasilan saya. Mohon maaf atas semua kesalahan saya, Dedi Novianto nomor presensi 17 kelas 3 IPS-3”

16. Dari Dwi Purnomo Ramadhani

“ Ini surat penghantar untuk mengucapkan salam perpisahan. Perpisahan yang sangat tidak saya inginkan, tapi harus terjadi agar Ibu bisa bersatu dengan keluarga di Malang. Saya mohon maaf karena pernah membuat Ibu marah. Walaupun Ibu hanya marah melalui bahasa dan tanpa teriakan, tapi saya sangat menyesal. Pemberian maaf Ibu sangat berarti bagi saya dalam menjalani kehidupan kini dan masa depan. Selamat jalan Bu, saya selalu berdoa semoga Ibu selalu dalam lindungan-Nya serta sukses dalam segala hal. Saya mohon doa dari Ibu agar berhasil juga dalam segala hal. Terima kasih telah mengajari dan mendidik kami untuk menjadi tangguh dalam menjalani hidup, serta memiliki kepribadian yang matang. Jangan lupakan kami Bu, karena kami tidak akan pernah melupakan Ibu…”

17. Achmad Fajar

“Ibu Lilis yang saya sayangi, berat rasanya saya kehilangan Ibu, karena Ibu telah membuat saya bangga masuk jurusan IPS, Ibu menguatkan kami dengan memotivasi-motivasi. Ibu Lilis yang saya sayangi, sebenarnya masih banyak yang ingin saya sampaikan, tetapi saya tidak mampu mengutarakan dengan tulisan karena saya tidak bisa menahan air mata yang turun terus menerus saat saya menulis surat ini. Mungkin dengan foto ini Ibu akan mengingat saya. Jangan lupakan saya Bu, jangan lupakan kami, kenanglah kami di hati Ibu. Maafkan kami bila pernah membuat Ibu kesal atau kecewa, tetapi kami tidak pernah melakukankesalahan itu dengan sengaja. Maafkan kami Bu, maafkan kami…”

18. Dari Nurhatim

“Semoga rahmat dan hidayah Allah tetap mengiringi langkah diri dan keluarga Ibu selalu. Amien. Berat rasa hati ini melepas kepergian Ibu, pergi meninggalkan kami menuju tempat tugas yang baru. Saya, Nurhatim kelas 3 IPS 2 nomor 32 (semoga Ibu tidak lupa). Saya tidak akan melupakan Ibu, tidak akan melupakan jasa Ibu. Tidak lupa saya mengucapkan kata maaf jika saya pernah melakukan kesalahan ketika kita masih bersama. Saya memohon kepada Allah swt agar segala ilmu yang Ibu ajarkan selalu bermanfaat bagi perjalanan hidup saya menuju kesuksesan. Saya mohon doa restu Ibu agar tujuan dan cita-cita hidup saya dapat tercapai dengan baik. Semoga di lain kesempatan saya dapat berjumpa lagi dengan Ibu, ibuku yang baik…”

19. Dari Febry Kurniawan

“Perpisahan ini sangat menyedihkan karena banyak hal yang tidak akan dapat kami lupakan dari Ibu yang teguh memegang prinsip dan berwawasan luas. Telah banyak yang Ibu dapatkan di sini, pengalaman, teman, dan hal lain yang menyenangkan bahkan menyakitkan. Namun kami memohon agar Ibu dapat melupakan semua yang menyakitkan. Dan jadikan semua kebaikan sebagai kenangan yang indah, sebagaimana saya mengenang Ibu yang selalu tersenyum. Ibu telah dan pernah menjadi bagian dari komponen masyarakat Madura yang turut memberi warna waru dalam kehidupan Ibu. Saya tahu akan ada hal yang membahagiakan Ibu, yaitu kepulangan Ibu di tengah keluarga. Namun saya sebagai anak yang mencintai Ibu berharap agar Ibu tidak akan pernah melupakan kami…”

20. Ahmad Syaifur Rahman

“Ibu Guruku yang saya kagumi, kenangan bersama Ibu adalah kenangan manis yang sulit untuk dilupakan. Karena saya sungguh terkesan dengan cara Ibu menghadapi kami saat di kelas maupun kala jumpa di jalan. Pengorbanan Ibu sungguh berarti bagi kami. Tapi saat ini saya tidak bisa bertemu Ibu lagi. Semoga di tempat tugas yang baru, Ibu mendapatkan anak didik yang lebih baik dari kami. Ibu Guruku tercinta, selamat berpisah, surat ini sebagai tanda hormat saya untuk Ibu…”

(Bersambung...)

25 November 2010

Kepada Senja Aku Merindukan Jingganya

Fajar jingga
Senja pun jingga
Di rentang masanya ada cerita
Tentang aku
Tentang kamu
Tentang mereka
 
Dari jingga ke jingga
Berhamburan warna
Spektrum fajar senja
Beraneka rupa
Sangatlah indah
Hiasi semesta

Fajar jingga
Senja pun jingga
Banyak yang menanti di sana
Abadikan detik demi detik
Kemudian berlalu begitu saja
 
Jingga fajar berubah terang
Jingga senja berlabuh kelam
Terang fajar menjadi semangat
Kelam senja  bikin hati kalut marut
Karena, hanya kepada senja
Aku merindukan jingganya

***

24 Oktober 2010

In Memoriam

(Ini tulisan mengenang kepergian muridku, anakku, dara jelita yang telah meninggalkan kami)

Tiga tahun yang lalu, aku adalah ibu bagi mereka: 36 siswa kelas XII jurusan Bahasa. Dalam satu kelas terbagi dua "bagian", Jepang dan Jerman. Mereka berkompetisi untuk menjadi yang terbaik di hadapanku. 

Suatu momen yang tak pernah berhenti mengalirkan rasa rindu. Mereka tidak hanya "nakal" dan manja, pintar dan kreatif, tetapi juga loyal dan solid. Di antara mereka aku ada, dan bersama mereka hidupku berharga. 

Di kelas yang selalu bersih dan rapi, anak-anak membuat “pohon bersalju” (Sakurakah yang kalian maksud?) yang diletakkan di sudut ruangan dekat meja tugasku. Di reranting pohon sakura itu, digantungkan potongan-potongan kertas berwarna putih dan merah (putih: Jurusan Bahasa Jerman dan merah: Jurusan Bahasa Jepang). Ada gambar kartun wajah kami dengan nama-nama. Ada namaku, Sensei Agustina, Frau Wiwid, dan nama mereka. 

Namun, satu di antara mereka telah pergi selamanya. Jumat, 22 Oktober 2010, anakku, si dara jelita. Siapa yang percaya? Tetapi jasad yang membisu dan keranda yang mengantarkan kembaranya memaksa aku dan semua orang percaya.

Selamat jalan, Nak…
Dulu kau sering Ibu cerca tetapi tetap manja.
Kau baik, tegar, dan ceria
Semoga Allah swt mempertimbangkan amal baikmu lalu mengampunimu.
Doa Ibu, semua temanmu, juga keluargamu, semoga menjadi peneduhmu.

Namamu tetap ada di sini, di antara deretan nama kita, di rumah kita dulu…

KELAS XII BAHASA TAHUN PELAJARAN 2007-2008
WALI KELAS: LILIS INDRAWATI

1 7943 ADHIM PRASASTYO
2 7957 ALDY REZQILLAH
3 7958 ALINY KUSUMA
4 7965 APRILIA RACHMADIAN
5 7973 AYUNING CHANDRA WIDYASTITI
6 7983 BRIAN CHRIS PRAKASA
7 7984 BRILLI ARYA CAHYANDARU
8 7997 DESITA PUTRI KUMALASARI
9 8000 DEWI NURUL KARINA
10 8008 DWI EMI ERMAWATI
11 8013 EGA NURCAHYONO
12 8024 FADIL MUHTAD HIDAYAT
13 8026 FAHMY HIDAYATURROHMAN
14 8031 FAUSTINE CHARISMARANI FIRDAUS
15 8033 FEBRIANI RESTUNING TYAS
16 8061 IHDINA BINNUR
17 8075 JOHAN PRAMONO
18 8076 JOKO WICAKSONO
19 8079 KIKI AFRILIANTI
20 8088 MADE ANDIKA SETYAWAN
21 8107 MUHAMMAD MIRZA MADANI
22 8111 NANDIWARDHANA YUDHO NUGROHO
23 8113 NENENG AYU RETNO WULAN SARI
24 8118 NUR LAILY SAFITRI
25 8127 NURUL KOMARIYAH
26 8134 PUTRI ANGGRAINI
27 8140 REGINDA LOVIDALISTA
28 8168 SEPTIAN HUDA NUZULA
29 8170 SETYO MALINDA
30 8180 SUKMA BAYU ANGGARA
31 8183 SYAIFUL ANWAR
32 8184 TESAR ZEIN BURHANSYAH
33 8194 UNGKI DWI CAHYO
34 8195 UTOMO HADI PUTRA
35 8196 UUL RATRI PRAMITAMA
36 8208 WELDA BRILLIAN CIPTA

14 Oktober 2010

Jangan Aku Kau Tinggalkan

”Jangan aku kau tinggalkan” adalah kompilasi empat kata yang menjadi favorit sebagai representasi terhadap ketakutan akan kehilangan dirimu. Pernyataan sederhana yang memiliki efek rasa luar biasa. Sebuah ungkapan dengan perpaduan diksi yang estetis dan persuasif: merajuk, memohon, dan merayu…

Rasa sentimentil itu berawal pada suatu hari, saat kudengar sebuah lagu klasik. Seperti biasa, aku menikmatinya di antara rutinitas di “balik” meja kerja. Namun, ketika lagu berakhir aku baru menyadari tentang sesuatu yang sangat menarik pada liriknya:

“Jangan aku kau tinggalkan”.
“Jangan aku kau tinggalkan”.
“Jangan aku kau tinggalkan”.

Aku bertanya tentang judul lagu itu.
“Jangan Aku Kau Tinggalkan, punya Goodman Brothers”, jawab temanku.
“Nyanyikan sekali lagi”, pintaku antusias.

Lirik demi lirik yang dikemas dalam lagu melankolis aku nikmati tanpa sisa. Sampai pada ungkapan terakhir: “Jangan aku kau tinggalkan. Jangan aku kau tinggalkan. Jangan aku kau tinggalkan”, mengingatkan terhadap kata-kataku sendiri. Aku sedih, dan rasa itu begitu sulit untuk kutahan: Aku takut kau tinggalkan. Walaupun kutahu bahwa kau tak akan kubiarkan pergi...

Aku hunting lagu "Jangan Aku Kau Tinggalkan" by Goodman brothers di search engine dan telah menemukannya. Namun software lirik yang kupunya tak mampu mendeteksi lirik lagu itu. Search engine pun tak sanggup melacak keberadannya. Lalu kutranskrip sendiri bunyi demi bunyi menjadi tulisan ini. Kutipan lirik yang sangat kusuka adalah:

"Sungguh sunyinya rasa bila kau tiada
Hilang tempat ku bermanja
Kumohon maaf merayu padamu
Kembali padaku
...
Jika kau sunyi dan terasa rindu
Kembali padaku
...
Jangan aku kau tinggalkan
Jangan aku kau tinggalkan
Jangan aku kau tinggalkan"
"


Lirik Lagu itu:
Jangan Aku Kau Tinggalkan

(by Goodman Brothers)


Sebelum kau tinggalkan diriku

Nyatakanlah padaku

Apakah salah yang kulakukan

Hingga aku kau tinggalkan


Belum puas menatap wajahmu

Belum puas ku merayu

Kasih berbunga belum berkembang

Kini aku kau tinggalkan


Sungguh sunyinya rasa bila kau tiada

Hilang tempat ku bermanja

Kumohon maaf merayu padamu

Kembali padaku


Sebelum kau tinggalkan diriku

Nyatakanlah padaku

Apakah dosa yang kulakukan, Sayang

Aku kau tinggalkan


Teganya hatimu tinggalkanku pergi

Tiada dapat kuhalangi

Jika kau sunyi dan terasa rindu

Kembali padaku


Sebelumnya aku kau tinggalkan

Dengarkanlah oh sayang

Jika kau sungguh cinta padaku

Jangan aku kau tinggalkan


Jangan aku kau tinggalkan


Jangan aku kau tinggalkan

05 Oktober 2010

EKSISTENSI TNI: KINI DAN NANTI

"Kuhadiahkan tulisan ini untuk Mayor Uce yang punya Soldad (Soldier Dokter Angkatan Darat)"

Perjalanan sejarah Tentara Nasional Indonesia (TNI) seiring dengan usia perjuangan bangsa Indonesia. TNI terlahir sebagai prajurit rakyat dari kancah pergolakan perang kemerdekaan. TNI tumbuh dan berkembang dalam jati dirinya yang khas, mengabdi dan membela bangsa, serta menjadi prajurit yang profesional. TNI secara terus menerus meningkatkan kemampuan, baik selaku perorangan prajurit maupun organik satuan. TNI tidak hanya dituntut profesional tetapi juga harus modern dan dapat memanfaatkan kemajuan teknologi dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Kesiapan TNI sebagai kekuatan pertahanan dan keamanan di era global ini hendaknya diimbangi dengan peningkatan kualitas secara konsisten, antisipasif, dan prospektif. Dengan demikian TNI mampu mengaplikasikan fungsi dan tugas pokoknya sebagai penangkal, pencegah, dan penghancur segala bentuk ancaman yang membahayakan integritas bangsa dan kedaulatan Negara.

TNI tidak boleh lena dari tugas dan kewajiban utamanya yakni mempertahankan dan membela wilayah kesatuan Republik Indonesia dari berbagai ancaman, baik dari dalam maupun dari luar negeri. Ancaman-ancaman tersebut antara lain berupa aksi terorisme, gerakan separatisme, konflik sara, friksi antarbangsa, ancaman kedaulatan, dll. Menjaga dan memelihara keutuhan bangsa Indonesia dari berbagai gangguan maupun upaya-upaya pihak luar yang mencoba mencampuri urusan dalam negeri Indonesia. Dengan mengemban peran pertahanan dan keamanan ini, sesungguhnya TNI telah melakukan salah satu hal terpenting bagi terwujudnya pembangunan bangsa dan Negara. Peran TNI tidak hanya menyangkut fungsi pertahanan dan keamanan tetapi juga dituntut dapat berafiliasi dengan fungsi sosial kemasyarakatan. Di masa perang TNI berada di garis depan, tetapi dalam kondisi damai TNI tidak hanya berada dalam barak. TNI diharapkan mampu memperlihatkan wajah humanis dan membaur dengan rakyat dalam berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan. Di tengah keharusan TNI untuk menjaga dan melindungi negara dan masyarakat terhadap ancaman dari luar, TNI tetap harus memperhitungkan dinamika internal.

Tugas, tanggung jawab, dan tantangan yang dihadapi TNI dari masa ke masa terus meningkat dan semakin kompleks. Kondisi lingkungan strategis yang berkembang dengan cepat, wilayah yang luas dengan 13.000 pulau, jumlah penduduk yang besar, multikultur dan heterogen, dinamika krusial sparatis yang sporadis, banyaknya objek vital yang harus diamankan, serta kemajuan teknologi persenjataan, mengharuskan TNI untuk menyesuaikan diri dan meningkatkan standar kemampuan dan kekuatannya. Kemampuan perang dan pertahanan Negara perlu didukung oleh infrastruktur yang memadai. Dalam menjalankan tugas dan menghadapi tantangan di era global, TNI harus dilengkapi dengan alutsista (alat utama sistem persenjataan) yang kuat dan tangguh dengan mengikuti perkembangan teknologi mutakhir. Selain itu TNI perlu senantiasa memupuk potensi dan modal awalnya yakni semangat juang dan dukungan rakyat sepenuhnya. Apabila terjadi konflik dengan Negara lain yang bisa diselesaikan dengan cara diplomasi, maka perang adalah pilihan terakhir. Namun jika persoalannya mengenai kedaulatan negara, maka kedaulatan adalah harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.

Eksistensi TNI di masa depan sangat ditentukan oleh kekuatan institusi/organisasi, kepemimpinan yang militeristis demokratis, personel yang loyal dan solit, rantai komando yang diperjelas, pembidangan fungsional antar-Angkatan yang lebih tertib, dan kekuatan serta ketangguhan alutsista. Selain itu, perlu dukungan kebijakan pemerintah dalam hal pembinaan dan anggaran yang dapat meningkatkan profesionalisme TNI dalam menghadapi tantangan tugas di masa depan yang sangat berat. Menghadapi persoalan bangsa yang semakin pelik terhadap ancaman yang timbul di dalam negeri dan yang datang dari luar negeri seperti saat ini, dibutuhkan seorang pemimpin yang tegas dan berani mengambil keputusan, visioner, bersikap kritis, serta bertindak cepat dalam mengatasi setiap persoalan yang semakin kompleks dan beragam, apalagi menyangkut kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dirgahayu TNI...
Eksistensi TNI adalah jati diri Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

28 September 2010

Ketika Tangan dan Kaki Berkata

Ketika larut dalam kesibukan dan windows media player tidak pernah mengeluh mengalunkan lagu-lagunya (yang kuabaikan begitu saja), tiba-tiba aku jadi tertarik saat suara Chrisye yang seksi mendayu menyanyikan lagu "Ketika Tangan dan Kaki Berkata". Bukan hanya karena lagunya yang "menghipnotis" dan syairnya yang mengguncang perasaan, tetapi juga mengingatkan aku saat diskusi dengan Bapak Taufiq Ismail. Beliau bertutur tentang memoar Chrisye (alm) mengenai proses diciptakannya lagu ini.

Teks Lagu:

Ketika Tangan dan Kaki Berkata


Akan datang hari

Mulut dikunci

Kata tak ada lagi


Akan tiba masa

Tak ada suara

Dari mulut kita


Berkata tangan kita

Tentang apa yang dilakukannya

Berkata kaki kita

Kemana saja dia melangkahnya

Tidak tahu kita

Bila harinya

Tanggung jawab, tiba...


Rabbana

Tangan kami

Kaki kami

Mulut kami

Mata hati kami

Luruskanlah

Kukuhkanlah

Di jalan cahaya

Sempurna


Mohon karunia

Kepada kami

HambaMu

Yang hina



Kisah Bapak Taufiq Ismail tentang Lagu Chrisye:


Di tahun 1997, saya bertemu Chrisye sehabis sebuah acara, dan dia berkata, "Bang, saya punya sebuah lagu. Saya sudah coba menuliskan kata-katanya, tapi saya tidak puas… Bisakah Abang tolong tuliskan liriknya?"

Karena saya suka lagu-lagu Chrisye, saya katakan bisa. Saya tanyakan kapan mesti selesai. Dia bilang sebulan. Menilik kegiatan saya yang lain, deadline sebulan itu bolehlah. Kaset lagu itu dikirimkannya, berikut keterangan berapa baris lirik diperlukan, dan untuk setiap larik berapa jumlah ketukannya, yang akan diisi dengan suku kata. Chrisye menginginkan puisi relijius.

Kemudian saya dengarkan lagu itu. Indah sekali. Saya suka betul. Sesudah seminggu, tidak ada ide. Dua minggu begitu juga. Minggu ketiga inspirasi masih tertutup. Saya mulai gelisah. Di ujung minggu keempat tetap buntu. Saya heran. Padahal lagu itu cantik jelita. Tapi kalau ide memang macet, apa mau dikatakan.

Tampaknya saya akan telepon Chrisye keesokan harinya dan saya mau bilang, " Chris, maaf ya, macet. Sori." Saya akan kembalikan pita rekaman itu. Saya punya kebiasaan rutin baca Surah Yasin.
Malam itu, ketika sampai ayat 65 yang berbunyi, A'udzubillahi minasy syaithonirrojim."Alyauma nakhtimu 'alaa afwahihim, wa tukallimuna aidhihim, wa tasyhadu arjuluhum bimaa kaanu yaksibuun" saya berhenti.

Maknanya, "Pada hari ini Kami akan tutup mulut mereka, dan tangan mereka akan berkata kepada Kami, dan kaki mereka akan bersaksi tentang apa yang telah mereka lakukan."
Saya tergugah. Makna ayat tentang Hari Pengadilan Akhir ini luar biasa!
Saya hidupkan lagi pita rekaman dan saya bergegas memindahkan makna itu ke lirik-lirik lagu tersebut. Pada mulanya saya ragu apakah makna yang sangat berbobot itu akan bisa masuk pas ke dalamnya. Bismillah. Keragu-raguan teratasi dan alhamdulillah penulisan lirik itu selesai.
Lagu itu saya beri judul Ketika Tangan dan Kaki Berkata.

Keesokannya dengan lega saya berkata di telepon," Chris, alhamdulillah selesai". Chrisye sangat gembira. Saya belum beritahu padanya asal-usul inspirasi lirik tersebut.
Berikutnya hal tidak biasa terjadilah. Ketika berlatih di kamar menyanyikannya baru dua baris Chrisye menangis, menyanyi lagi, menangis lagi, berkali-kali.

Di dalam memoarnya yang dituliskan Alberthiene Endah, Chrisye, Sebuah Memoar Musikal,
2007 (halaman 308-309), bertutur Chrisye: Lirik yang dibuat Taufiq Ismail adalah satu-satunya lirik dahsyat sepanjang karier, yang menggetarkan sekujur tubuh saya. Ada kekuatan misterius yang tersimpan dalam lirik itu. Liriknya benar-benar mencekam dan menggetarkan.
Dibungkus melodi yang begitu menyayat, lagu itu bertambah susah saya nyanyikan! Di kamar, saya berkali-kali menyanyikan lagu itu. Baru dua baris, air mata saya membanjir. Saya coba lagi.Menangis lagi. Yanti (istri Chrisye) sampai syok! Dia kaget melihat respons saya yang tidak biasa terhadap sebuah lagu. Taufiq memberi judul pada lagu itu sederhana sekali, Ketika Tangan dan Kaki Berkata.

Lirik itu begitu merasuk dan membuat saya dihadapkan pada kenyataan, betapa takberdayanya manusia ketika hari akhir tiba. Sepanjang malam saya gelisah. Saya akhirnya menelepon Taufiq dan menceritakan kesulitan saya.

"Saya mendapatkan ilham lirik itu dari Surat Yasin ayat 65..." kata Taufiq.

Ia menyarankan saya untuk tenang saat menyanyikannya. Karena sebagaimana bunyi ayatnya, orang memang sering kali tergetar membaca isinya. Walau sudah ditenangkan Yanti dan Taufiq, tetap saja saya menemukan kesulitan saat mencoba merekam di studio. Gagal, dan gagal lagi.
Butuh kekuatan untuk bisa menyanyikan lagu itu. Erwin Gutawa yang sudah senewen menunggu lagu terakhir yang belum direkam itu, langsung mengingatkan saya, bahwa keberangkatan ke Australia sudah tak bisa ditunda lagi. Hari terakhir menjelang ke Australia , saya lalu mengajak Yanti ke studio, menemani saya rekaman. Yanti sholat khusus untuk mendoakan saya. Dengan susah payah, akhirnya saya bisa menyanyikan lagu itu hingga selesai.

Dan tidak ada take ulang! Tidak mungkin. Karena saya sudah menangis dan tak sanggup menyanyikannya lagi. Jadi jika sekarang Anda mendengarkan lagu itu, itulah suara saya dengan getaran yang paling autentik, dan tak terulang! Jangankan menyanyikannya lagi, bila saya mendengarkan lagu itu saja, rasanya ingin berlari!

Berkali-kali saya menangis dan duduk dengan lemas. Gila! Seumur-umur, sepanjang sejarah
karir saya, belum pernah saya merasakan hal seperti ini. Dilumpuhkan oleh lagu sendiri!
Lagu itu menjadi salah satu lagu paling penting dalam deretan lagu yang pernah saya nyanyikan. Kekuatan spiritual di dalamnya benar-benar meluluhkan perasaan. Itulah pengalaman batin saya yang paling dalam selama menyanyi.

Penuturan Chrisye dalam memoarnya itu mengejutkan saya. Penghayatannya terhadap Pengadilan Hari Akhir sedemikian sensitif dan luarbiasanya, dengan saksi tetesan air matanya. Bukan main. Saya tidak menyangka sedemikian mendalam penghayatannya terhadap makna pengadilan hari akhir di hari kiamat kelak.

Mengenai menangis, menangis ketika menyanyi, hal yang serupa terjadi dengan Iin Parlina dengan lagu Rindu Rasul. Di dalam konser atau pertunjukan, Iin biasanya cuma kuat menyanyikannya dua baris, dan pada baris ketiga Iin akan menunduk dan membelakangi penonton menahan sedu sedannya. Demikian sensitif dia pada shalawat Rasul dalam lagu tersebut.

Setelah rekaman Ketika Tangan dan Kaki Berkata selesai, dalam peluncuran album yang saya hadiri, Chrisye meneruskan titipan honorarium dari produser untuk lagu tersebut. Saya enggan menerimanya.

Chrisye terkejut. " Kenapa Bang, kurang?"

Saya jelaskan bahwa saya tidak orisinil menuliskan lirik lagu Ketika Tangan dan Kaki Berkata itu. Saya cuma jadi tempat lewat, jadi saluran saja. Jadi saya tak berhak menerimanya. Bukankah itu dari Surah Yasin ayat 65, firman Tuhan? Saya akan bersalah menerima sesuatu yang bukan hak saya.

Kami jadi berdebat. Chrisye mengatakan bahwa dia menghargai pendirian saya, tetapi itu merepotkan administrasi. Akhirnya Chrisye menemukan jalan keluar. "Begini saja Bang, Abang tetap terima fee ini, agar administrasi rapi. Kalau Abang merasa bersalah, atau berdosa, nah, mohonlah ampun kepada Allah. Tuhan Maha Pengampun ' kan?"

Saya pikir jalan yang ditawarkan Chrisye betul juga. Kalau saya berkeras menolak, akan kelihatan kaku, dan bisa ditafsirkan berlebihan. Akhirnya solusi Chrisye saya terima. Chrisye senang, saya pun senang.

09 September 2010

Selamat Iedul Fitri

Allahu akbar.. Allahu akbar.. Allahu akbar..
Laailaahaillallah Allahu akbar..
Allahu akbar walillaahilkham...

Taqabbalallahu minna wa minkum, Shiyamana wa Shiyamakum.
Ja’alanallaahu Minal Aidin wal Faizin..

Semoga Allah menerima amal-amal kami dan kamu, Puasa kami dan kamu. Dan semoga Allah menjadikan kami dan kamu termasuk dari orang-orang yang kembali (dari perjuangan Ramadhan) sebagai orang yang menang.

Mohon maaf lahir dan batin

15 Agustus 2010

Hari Merdeka

(Ulang tahun ke-65 kemerdekaan negaraku, 17 Agustus 2010: Kunyanyikan syair lagu ini)

HARI MERDEKA

Tujuh belas Agustus tahun empat lima
Itulah hari kemerdekaan kita
Hari merdeka nusa dan bangsa
Hari lahirnya bangsa Indonesia
Merdeka

Sekali merdeka tetap merdeka
Selama hayat masih di kandung badan
Kita tetap setia tetap setia
Mempertahankan Indonesia
Kita tetap setia tetap setia
Membela negara kita

Lirik by: H. Mutahar

01 Mei 2010

Biografi Singkat Raja Ali Haji

Raja Ali Haji

    Raja Ali Haji, yang namanya biasa disingkat RAH, merupakan seorang sastrawan dan ulama besar dari Melayu. Ia lahir pada tahun 1808 di Lingga, Pulau Penyengat, Riau.  Ayahnya adalah Raja Ahmad, seorang intelektual Muslim yang bergelar Engku Haji Tua.  Kakeknya bernama Raja Haji Fisabilillah Yang Dipertuan Muda Riau IV, sekaligus seorang Pahlawan yang gugur di medan perang. Ibunya bernama Encik Hamidah binti Panglima Malik Selangor atau Putri Raja Selangor. Raja Ali Haji mendapatkan pendidikan dasar dari ayahnya dan pendidikan dari lingkungan istana Kesultanan Riau-Lingga di Pulau Penyengat. Dialah orang pertama yang dapat bersentuhan dengan pendidikan bidang agama, bahasa, dan sastra. Selain itu juga mendapatkan pendidikan dari luar lingkungan kesultanan, yaitu di Betawi dan di Mekah saat berhaji sekaligus belajar bahasa Arab juga ilmu agama.

       Ketika masih berusia muda, Raja Ali Haji sudah diamanahi tugas-tugas yang penting. Ia dipercaya melaksanakan tugas-tugas kenegaraan pada usia 20 tahun. Hingga usianya 32 tahun, Raja Ali Haji  bersama sepupunya, Raja Ali bin Raja Ja'far, memerintah daerah Lingga, mewakili Sultan Mahmud Muzaffar Syah. Tidak hanya mahir dalam dunia pemerintahan,  Raja Ali Haji juga piawai dalam bidang perdagangan. Bersama dengan Raja Abdullah Musyid dan Raja Ali bin Jaffar, Ia berdagang ke pulau Karimun dan Kundur. Mereka juga mengelola pertambangan timah. Raja Ali Haj dan Raja Ali bin Jaffar kemudian membangun lembaga ahlul halli wa aqdi yang membantu jalannya roda pemerintahan kesultanan.

      Raja Ali Haji banyak menghasilkan karya besar. Tanpa pernah meninggalkan ciri khasnya, yakni mengakar pada tradisi kesusasteraan Islam serta Melayu, juga kesungguhannya dalam menyajikan sejarah masa lalu disesuaikan dengan tuntutan kondisi di zamannya. Karyanya yang paling dikenal adalah  Gurindam Dua Belas yang ditulisnya pada tahun 1847. Karya legendaris ini menjadi maha karya yang tak ternilai bahkan paling menonjol di antara karya-karya besar yang lain.

       Raja Ali Haji meninggal pada tahun 1873 di Pulau Penyengat, Riau. Makam RAH berada di kompleks pemakaman Engku Putri Raja Hamidah. Persisnya, terletak di luar bangunan utama Makam Engku Putri. Karya sastra Gurindam Dua Belas diabadikan di sepanjang dinding bangunan makamnya. Sehingga, setiap pengunjung yang datang dapat membaca serta mencatat karya maha agung tersebut.

       Buku karya Raja Ali Haji berjudul Kitab Pengetahuan Bahasa  yang ditulis pada tahun 1885-1886 telah ditetapkan dalam Kongres Pemuda Indonesia 28 Oktober 1928 sebagai bahasa Nasional Indonesia. Atas dasar kontribusi yang sangat penting itulah,  gelar Pahlawan Nasional diberikan kepada Raja Ali Haji pada tanggal 10 November 2004 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat peringatan hari Pahlawan di Istana Negara Jakarta. Penghargaan tersebut memang layak diberikan kepada Raja Ali Haji selaku tokoh intelektual nasional yang mempunyai kepakaran tinggi dalam dunia pendidikan, kebudayaan, kesusasteraan, dan  ilmu pengetahuan Islam.




27 Februari 2010

KALAU MASIH CINTA JANGAN BERPISAH

HOUSE FOR SALE


Barangkali Lirik lagu ini dapat dijadikan pertimbangan untuk pasangan muda dalam menghadapi dan menjalani kehidupan rumah tangganya. Jika ada masalah yang menimpa cobalah untuk saling mengerti dan mencari solusi yang baik. Hendaklah berpikir jernih dan mendalam sebelum memutuskan untuk bercerai. Kemarahan hanya bersifat temporer dan kan reda seiring waktu. Tidak semua perceraian didasari rasa benci, bahkan mungkin masih saling mencintai. Bagaimana penulis lirik lagu “House for Sale” mengisahkan hal tersebut dalam paparan kata-kata yang indah dan menyentuh.

Lirik lagu House for Sale sejenis puisi naratif yang kisahkan oleh tokoh “Aku” tentang perceraiannya dengan pasangan hidup yang dicintai. Uniknya, kisah dalam lirik lagi ini disampaikan dalam dua sudut pandang, yaitu eksternal (sudut pandang orang ketiga sebagai pengamat) dan internal (sudut pandang orang pertama sebagai pelaku) Tragedi perceraian tersebut dimulai dengan prolog yang disampaikan melalui perbincangan tetangga di suatu pagi. Larik demi larik saya terjemahkan bebas sebagai berikut:

The sign went up

one rainy morning

just a couple of hours after dawn

Mrs. Hanley peeked out through her curtains

wondering what was going on

The neighbors said over coffee cups

that nice young couple is breaking up


Sebuah pertanda di pagi yang gerimis, hanya beberapa jam setelah fajar menyingsing.Nyonya Hanley mengintip dari balik tirai, bertanya-tanya apa yang sedang terjadi. Para tetangga berkata sambil minum secangkir kopi: Pasangan muda yang baik itu telah bercerai.

Setelah prolog tersebut, pengisahan cerita berfokus pada konten masalah yang dialami oleh ”aku lirik” tentang kesiapannya meninggalkan segalanya (namun terasa berat):

In the living room

the linen and the crystal

sit all packed and set to go

I tell myself once more I won't be here in spring

to see my roses grow

And all the things you tried to fix

the roof still leaks

the door still sticks

House for Sale

You can read it on the sign

House for Sale

It was yours and it was mine

And tomorrow

some strangers

will be climbing up the stairs

To the bedroom filled with memories

The one we used to share


Digambarkan dengan setting dalam ruangan: Barang-barang (kain dan cristal) sudah dikemas semua dan siap untuk dibawa pergi. Dan ”akulirik” mengungkapkan isi hatinya dengan berkata kepada dirinya sendiri bahwa: ”Aku tidak akan berada di sini lagi pada musim semi mendatang untuk melihat bunga-bunga mawarku tumbuh. Dan semua hal yang kau coba untuk memperbaikinya. Atap masih bocor, pintu rumah masih bertanda ”Rumah Dijual” Kau dapat membacanya pada tanda ”Rumah Dijual”. Itu adalah milikmu dan milikku. Dan esok, beberapa orang asing akan menaiki tangga menuju kamar tidur yang penuh kenangan. Satu tempat yang kita gunakan untuk berbagi.

Ada atmosfer keharuan yang melatari suasana dalam rumah itu, suasana dalam hati ”aku lirik” merambat bagai gelombang elektromagnetik menjadi getaran yang dapat dirasakan oleh pembaca/pendengarnya. Sangat dapat dirasakan bahwa ”aku lirik” merasa berat atas perpisahan itu. Semua baginya sangat berarti dan sulit untuk ditinggalkan. Musim semi yang indah bersama mawar tumbuh, kamar yang penuh kenangan berdua, sungguh berat bila esok hari akan ditempati orang lain, orang asing dalam rumah itu. Dan rumah milik berdua harus dijual. Palang kayu bertuliskan ”Rumah Dijual” menghiasi pintu rumah, milik mereka berdua.

Kenangan demi kenangan dalam rumah itu membuatnya semakin berat. Lukisan yang sangat disukai pasangannya bergitu berkesan karena dia teringat ketika mendapatkannya tanpa sengaja di Spanyol. Nampan perak pemberian Ibunya pada hari pernikahan juga memberi kenangan tersendiri. ”Aku lirik” mengatakan:

I know you always loved that painting

From that funny little shop in Spain

Remember how we found it

When we ducked in

from that sudden summer rain

But I think I'll keep the silver tray

My mother gave us on our wedding day


Aku tahu kau sangat mencintai lukisan itu, (kita beli) dari toko kecil yang menyenangkan di Spanyol. Ingat bagaimana kita menemukannya, ketika kita berteduh dari hujan yang tiba-tiba turun di musim panas. Tapi kupikir aku akan menyimpan nampan perak pemberian ibuku pada hari pernikahan kita”.

House for Sale

You can read it on the sign

House for Sale

It was yours and it was mine

And tomorrow

some strangers

will be climbing up the stairs

To the bedroom filled with memories

The one we used to share


”Rumah Dijual”
Kau dapat membacanya pada tanda ”Rumah Dijual”. Itu adalah milikmu dan milikku
Dan esok, orang-orang asing akan menaiki tangga menuju kamar tidur yang penuh kenangan. Satu tempat yang kita gunakan untuk berbagi.

15 Februari 2010

Tabir

Kau datang
Begitu dekat
Di balik tabir
Tersenyum
Hampiri aku

Aku mendekat
Memandangmu
Bukan kau
Kecewa
Aku menjauh

Tertunduk
Tanpa daya
Lalu 
Memandangmu
Kembali
Ternyata 
Itu kau
Melambai

Aku berlari
Menjerit
Panggil namamu
: Ayah...

Walau tak berkata
Namun bahagia 
Bisa bersua
Di bias jalan itu
Dengan jarak tanpa batas 
Ruang dan waktu

Wahai
Jiwa yang tenang
Kembaralah atmamu
Dalam mimpiku
Selalu