22 Desember 2008

SILUET RINDU


(Kutulis puisi ini untuk Ibu, wanita tabah, suri teladanku)

 

Selamat Pagi Ibu...

Kuawali hari ini bersama deritan terbukanya daun pintu
Di antara rintihan gerimis pagi dan angin mendesah lalu menderu
Terbentuk siluet wajahmu
Tatapanmu yang teduh menderas getah rindu
Men
gucur sepanjang waktu

Ibu...
Di tubuhku ini mengalir darahmu 
Tanpa gemericik, tanpa gemuruh
Senyap, bagai zikir yang mengalun di setiap embus
an napasmu
Serupa melodi dalam harmoni yang berpadu


Tak ada yang lebih indah dari ini:

Saat kauseru namaku, kuseru namamu dalam doa

Ibu...
Tak pernah sampai bila kuselam palung
kerinduanmu
Jalanku berliku, kecipak tak mampu menembus batas waktu
Arus dan terumbu seolah barier menuju dasarmu
Namun restumu membayang dan menyatu
Dalam langkahku

Ibu...
Telah kutinggalkan kau karena darma baktiku
Cinta kasih dan hormatku tak perlu kau ragu
Telah kupautkan hatiku di hatimu
Telah kuukir rumahmu dalam kalbuku
Dan kusinggahi dalam setiap kembara mimpi-mimpiku
Bagaimana mungkin kumelupakanmu?
Sedang dalam terpejam pun,engkau tampak di mata khayalku

Ibu...
Bila kulelah berlayar dalam samudera
kehidupanku
Aku ingin bersandar di pangkuanmu seperti dahulu
Lalu kau ceritakan dongeng imajiner tentang Kalap dan Kuthu 
yang berumah di bawah pohon perdu


Oh Ibu, membayangkan wajahmu adalah energi pelepas penat dan bebanku

 

Malang, 22 Desember 2008



20 Desember 2008

Persahabatan dari Negeri Jiran


Hari ini saya bahagia karena telah mendapatkan "Award" Persahabatan
Menurut bahasa Melayu = Pengiktirafan) dari
Tuan Nik Abd. Rahman Raja Soh ,
seorang kawan dari Negeri Jiran Malaysia. Sebenarnya ada dua "award" yang diberikan oleh kawan saya tersebut
tetapi award yang pertama saya malu untuk mempublikasikan.Saya merasa tidak layak menerimanya.
Selain "Award", saya juga mendapatkan "Lencana Persahabatan": Berikut ini pengantar dari Tuan Nik Abd. Rahman Raja Soh :
Persahabatan pada saya seumpama tangan dan mata,
saat tangan terluka, mata menangis.
Di saat mata menangis, tangan menghapuskan air mata.
Nilai persahabatan amat tinggi pada saya.
Oleh itu saya sangat berbesar hati sekiranya sahabat-sahabat saya sudi menerima lencana ini sebagai tanda persahabatan saya dengan kalian.

Terima kasih Sir...
Semoga persahabatan kita tetap terjalin.
Ikatkan satu ujung tali silaturahmi ini di Malaysia
dan ujung yang lain saya ikat di Indonesia.



17 Desember 2008

Lagu Jamu - Jamu

Suwe ora jamu  
2   3   2   3  
Jamu godhong telo  
2   1   2   3  
Suwe ora ketemu  
3   5   6   5  
Ketemu pisan gawe gelo  
4   2   1   6  

        Begitulah salah satu bait tembang Jawa yang sering mengalun di antara iringan gamelan. Gamelan spesialis pegangan saya bernama Slenthem. Lempengan besi, perunggu, atau perak berbentuk persegi panjang yang ditata sejajar menggantung di antara tali pengait. Di bawahnya terdapat tabung silinder dengan diameter permukaan yang berbeda sebagai pengatur nada. Tidak berbunyi nyaring namun keberadaannya sangat dibutuhkan sebagai penyelaras nada. 
        Fungsi slenthem sama dengan bass dalam alat musik modern. Slenthem bertempo lambat, tidak bisa dinamis seperti sharon, demung, atau peking. Dalam irama dangdut misalnya, slenthem tetap ”lombo” di antara pukulan-pukulan dinamis gamelan yang lain.  Itu adalah filosofi kesabaran dalam menjalani kehidupan. Bagaimana mengatur emosi di antara perbedaan derap dan irama hidup antarsesama. 
        Manusia harus mempertahankan karakter dan eksistensinya agar tetap survive dalam kerasnya kehidupan dunia. Manusia tidak boleh mudah terpengaruh apalagi latah atau mengekor orang lain. Jangan termakan peribahasa Ke mana angin deras bertiup, ke sana pula condongnya.  
        Syair tembang Jawa yang sederhana tersebut memberi amanat yang luar biasa kepada kita. Dalam syair tersebut diungkap keprihatinan terhadap sifat buruk manusia yang selalu mengecewakan orang lain. Bahkan mereka yang sudah lama tidak bertemu pun tetap mengecewakan dalam pertemuannya. Sayang sekali, betapa sulitnya membahagiakan orang lain. 
      Setiap melantunkan tembang itu saya selalu teringat oleh seseorang yang pernah menyampaikan pesan di ujung kematiannya. Waktu itu hari Selasa, sepuluh tahun yang lalu. Seorang murid meminta izin untuk memberikan puisi. Dengan senang hati saya menerimanya. Sesampai di rumah, ketika saya sedang beristirahat sambil membaca puisi tersebut: 

 ...  
Jadikan setiap pertemuan hanya makna 
 Lalu boleh kau katakan ”Selamat Tinggal
...  

        Saya berpikir: Alangkah indahnya hidup ini, jika dalam setiap jumpa manusia selalu bermakna,tidak saling menyakiti, tidak meninggalkan penyesalan. Tak ada beban apa pun walau harus berpisah atau meniggal dunia. Belum selesai apresiasiku, seseorang mengetuk pintu. Ia mengabarkan bahwa murid saya meninggal dunia, lelaki yang puisinya masih dalam genggamanku.  
***

10 Desember 2008

Sholat Idhul Adha bersama Kepala Dinas Pendidikan

Senin, 8 Desember 2008. Pagi yang bertabur gerimis,saya jadi ingat cerpen Nugroho Notosusanto berjudul "Hujan Kepagian". Bersama 7 murid saya bergegas ke Kantor Dinas Pendidikan Kota Malang. Keberangkatan saya bukan untuk urusan dinas, melainkan turut merayakan hari raya dengan Sholat Id bersama Kepala Dinas Pendidikan Kota Malang, Dr.H.M.Shofwan, S.H., M.Si. Pesan khotib (Ustad Sadjid) sangat berkesan: Keberhasilan bangsa dan negara dimulai dari keluarga yang solid, mempunyai komitmen yang kuat dan kesamaan tujuan, rela berkorban, dan agamis, seperti yang diteladankan keluarga Nabi Ibrahim alaihissalam. Semoga negeri ini dipenuhi oleh keluarga-keluarga seperti itu sehingga Indonesia yang tercintai ini menjadi negara yang jaya, kuat, dan rakyatnya sejahtera.

07 Desember 2008

Deklarasi Supporter Indonesia Damai II

Bapak Budi Harsono, Kepala SMAN 7 Malang bersama para siswa
Sabtu, 6 Desember 2008.
Hari yang tidak biasa: Saat itu pusat kegiatan sekolah berpindah ke Stadion Gajayana bersama 900 siswa. Sejak matahari mulai mengintip, saya sudah berkemas-kemas untuk berangkat ke Stadion Gajayana. Belum sampai ke pintu stadion, saya sudah tak bisa lewat karena puluhan ribu pelajar dan Aremania menuju ke arah yang sama. Macet total. Sulit menuju tempat yang telah disepakati untuk berkumpul. Aak-anak berpencar karena tidak bisa menempatkan diri sesuai dengan "titik koordinat dan deklinasinya". Megapon yang  saya gunakan sama sekali tidak memenuhi ekspketasi. Bising suara manusia dan mesin kendaraan saling berkolaborasi menjadi nada yang memusingkan. Awal yang sulit bagi tewujudnya sebuah komitmen untuk perdamaian, antikekerasan, dan peperangan melawan narkoba. Sesuatu yang baik kadang memang sulit dilakukan bahkan untuk memulainya pun membutuhkan perjuangan dan pengorbanan. Seperti saat ini.

Setelah sekian lama bersusah payah akhirnya semua masuk stadion satu per satu. Lokasi yang seharusnya ditempati para siswa (sesuai dengan kesepakatan dalam TM) ternyata sudah "diduduki pasukan" lain. Warna biru tak lagi menyatu, hanya seumpama noktah kecil di tribun stadion.

Ketika acara dimulai, mereka bersatu menyerukan yel-yel sesuai dengan ucapan pemandu acara, menggerakkan kedua tangannya ke kanan dan ke kiri, dan bertepuk sesuai irama. Darah muda remaja bergelora dalam satu jiwa: Bersatulah para supporter di seluruh Indonesia. Damailah bersama dunia...

Itulah ajang DEKLARASI SUPPORTER INDONESIA DAMAI II.
Hadir dalam pesta tersebut: Menteri Pemuda dan Olahraga (Bpk. Adhiaksa Dault) dan Kapolri (Jenderal (Pol) Bambang Hendarso Danuri).

Aremania: SALAM SATU JIWA




25 November 2008

HARI GURU

Selamat hari Guru untuk kawan-kawan guru di seluruh dunia. Selamat untuk kita. Selamat berjuang, saudaraku… Semoga sinar terang memancari wajah pendidikan di negeri ini. Kutulis ucapan ini di hari yang sangat indah, 25 November 2008.



10 November 2008

Hari Pahlawan


Hari Pahlawan Nasional yang "jatuh" pada hari ini tidak hanya diperingati tetapi juga harus dimaknai secara efektif. Implementasi hari Pahlawan harus disesuaikan dengan tantangan kepentingan bangsa dan negara pada zaman ini.

Selamat hari Pahlawan 10 November.
Semoga bangsa Indonesia bersatu...!
Dan tetap berjuang sesuai dengan profesi masing-masing.

Viva Indonesia...!!!
I Love You for ever...!!!



09 November 2008

LDKS SABHATANSA 2008

Alhamdulillah, kami telah menuntaskan satu lagi agenda sekolah, yaitu Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS). Kegiatan pun berlangsung lancar tanpa satu pun kendala, dan tentu saja sangat menyenangkan.

Asyik banget....
Saya bangga kepada anak-anak Sabhatansa.
Saya juga salut dan kagum kepada saudara-saudara Trainner dan semua tim P-WEC yang mempuyai komitmen tinggi terhadap kelestarian flora dan fauna. Terima kasih untuk kalian...

Calon-calon pemimpin dari Bumi Sabhatansa telah digembleng untuk menjadi yang terbaik. Mereka belajar tentang Keorganisasian, Kepemimpinan, IESQ, Etika, Ketakwaan, Kemandirian, Tanggung jawab, Team Work Building, dan disiplin dalam segala aktivitas. Sebagian dari materi tersebut dikemas dalam kegiatan Outbond, baik TWB mapun High Rope.

Semoga mereka dapat menjadi leader dalam penegakan tata tertib sekolah dan menjadi teladan bagi semua siswa. Sehingga berimbas kepada semua aktivitas siswa SMA Negeri 7 Malang juga sebagai bekal hidup di masyarakat.

Terima kasih untuk:
1. Drs. H. Budi Harsono, Kepala SMA Negeri 7 Malang yang telah mendukung LDKS OSIS 2008, baik material maupun spiritual.
2. Kolonel Inf. Komang Gede Karmasunu, Bank Jatim, BTN, Speedy, Angkasa Computer, Indosat, Yon Bekang 2, P-WEC, Penerbit Erlangga, Mas Imam Syafi'i (Alumni SMAN 7 Malang), Drs. Suhari, dan semua pihak yang turut mendukung kami.


OSIS Sabhatansa 2008....!!!: JUJUR, KREATIF, INOVATIF... HU YESSS...!!!




06 November 2008

Seroja Merah Jambu

Kau cantik bak seroja
Bersahaja 
Indah budi bahasa
Anggun berwibawa
Tak mengumbar kata
Apalagi gelak tawa

Senyumu tetap indah
Walau hati gelisah
Parasmu semringah
Meski hidupmu 
Bagai retak menanti belah

Aduhai
Mengakar nian sanubari Puan
Menghunjam dalam sampai ke dasar
Bersemi dari trah yang diluhurkan

Kaulah itu
Panutan berguru
Wanita ayu
Seroja merah jambu

04 November 2008

EPOS


Ini wiracarita tentangnya

Pahlawan bestari

Peluhnya melebihi darah

Akal tak sekali tiba

Ia peras sampai menetes sari pati 

Yang waktu dahulu aku belum bisa mengurai maknanya

 

Kini aku mengerti

Setelah jarak begitu jauh ia tempuh tak terperikan

Ada sesal bergelayut di langkahku semakin memberat

Langkah yang menapak tilas juangnya  

Menyusuri lorong waktu tanpa ujung batas berakhir

Tak ada persilangan tempat titik bertemu

Dan air mata yang kuseka semakin deras

Jejak tapaknya mengharu

 

Perjuangan yang begitu berat

Hidup tak semua mudah

Pun yang ia jalani dengan gigih bersemangat baja

Nasihat dan petuah adalah tongkat 

Yang kupegang erat saat ketabahanku meronta

 

Ia

Yang kuabadikan dalam epos ini

Semoga Allah memberikan kebahagiaan dalam persinggahan di sana

Bukan karena nilai perjuangannya semata

Tetapi jua rahmat-Nya yang mampu menyelamatkan

Ya, belas kasih yang  kupinta dalam doa

Doa yang pernah ia ajarkan dahulu

Kini menguntai serupa tali penghubung antara aku dengannya

Satu ujungnya ada di hatiku 

Dan ujung lainnya kuharap sampai kepadanya

Karena ia adalah pahlawanku

Ayahku

***

 


28 Oktober 2008

Di Sana Kusandarkan Gelisah

Sore itu matahari cerah

Perlahan tetapi pasti begeser ke barat

Ombak beriak kecil-kecil 

Bergelombang menuju ke pantai

 

Air belum pasang

Kami  tetap gigih

Menyatukan tenaga dan pikiran

Untuk bisa membawamu dengan selamat

Peluh menetes

Tempias debu, pasir, dan air laut menyatu

Berlepotan tubuh

Tak peduli

                                                    

Sore beranjak

Berganti senja

Warna jingga di langit merayap

Menyentuh cakrawala

Sementara itu

Kelam dan rasa cemasku berkejaran

 

Warna jingga tak lagi ada

Hari hampir gelap

Maghrib tiba

Suara azan tanpa pelantang terdengar sayup

Dari surau kecil di tepi hutan berpantai

Kutinggalkan sejenak dirimu

Di sana kusandarkan gelisah

Kugantungkan harapan

Akan keselamatmu

 

Sebentar lagi laut pasang

Ombak bergulung semakin besar

Berdebur ke pantai menghempas kuat

Lalu berbalik dan menyeretnya ke laut

Kutakut kau terhanyut

 

Demi dirimu

Semangat  pun turut pasang bersama air laut yang enggan menyurut

Rawe-rawe rantas, malang-malang putus

Semangat dan kebersamaan berhasil indah

Kau kubawa pulang

***


26 Oktober 2008

Bocah di Balik Pintu

Suatu sore

entah purnama ke berapa

ketika hujan turun dan langit hampir gelap

angin menghempas pepohonan 

 

Aku dan Ibu melihat

bocah kecil mengintai di balik pintu 

lalu berkelebat bayangan 

menghilang

 

Ibu mengejar 

lalu menangkapnya

saat ia bersembunyi 

di balik rimbun bunga-bunga 

terkejutlah Ibu

bocah kecil yang gemetar itu

adalah anak lelakinya sendiri

yang diasuh Paman-Bibi

 

Direngkuhnya bocah kecil menggigil

lalu tenggelam dalam dekapan yang basah 

air mata ibu menetes

 

Kini...

bocah kecil yang mengintai di balik pintu rumah

telah pergi jauh karena tugasnya

mengabdi jiwa raga demi bangsa negara

izinkan dia pergi berjuang, Ibu...

berikan restumu

sebagaimana dia telah memohonnya

dengan mencuim tanganmu,

dengan mencium keningmu, 

dan mencium kakimu

 

Ibu pun mendekapnya seperti dahulu

kali ini tanpa air mata

restu dan doa Ibu menaunginya

bersama harapan:

sejauh-jauh pergi

selama-lama bertugas

dinantikan anaknya pulang

walau kelak

hanya bertemu pusara

***

 

 

08 Oktober 2008

Gaya Bahasa dalam Lirik Lagu "Ibu" Karya Iwan Fals


Pengantar:

Ketika masih berdinas di Madura, saya pulang ke Malang setiap minggu. Bahkan pada beberapa tahun terakhir, saya bertugas mengajar di dua kota yang berjauhan. Senin-Kamis di Pamekasan, dan Jumat-Sabtu di Malang (sebagai prasyarat untuk bisa mutasi di Malang). Begitulah rutinitas saya sebagai "musafir yang lalu", selama tujuh tahun. Ada rasa melankolis yang sulit dilupakan saat itu. Hampir setiap hari Kamis, saat dalam perjalanan Pamekasan-Malang saya mendengar lagu Ibu (Iwan Fals) yang dinyanyikan oleh seorang pengamen dalam bus antarkota. Pengamen yang sama, dengan lagu yang sama, dan pada tempat yang kurang lebih juga sama (antara Surabaya-Sidoarjo). Setiap mendengar lagu itu saya merasa hanyut dan dilingkupi atmosfer rasa yang membuncah di dada. Saya merasakan hal yang sama dari waktu ke waktu: sedih, haru, rindu, lalu menangis. Bagi saya syair dan lantunan lagu tersebut seolah mengguyur kerinduan kepada ibu.

Dan, saya mencoba mengupas teks/ lirik lagu Ibu berdasarkan gaya bahasa (figurative language). Gaya bahasa biasa juga disebut dengan majas, yaitu pemakaian ragam tertentu dalam bertutur bahasa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gaya bahasa didefinisikan sebagai berikut.


gaya2 » gaya bahasa

  1. Ling pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau menulis
  2. Ling pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu
  3. Ling keseluruhan ciri-ciri bahasa sekelompok penulis sastra
  4. Ling cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis atau lisan


1. Metafora

Metafora adalah gaya bahasa perumpamaan langsung tanpa menggunakan kata seperti, laksana, bagaikan, dsb. guna memberikan efek atau mengungkapkan imaji/pencitraan tertentu. Berikut gaya bahasa metafora yang terdapat dalam lirik lagu Ibu karya Iwan Fals.


/Ribuan kilo jalan yang kau tempuh/ 

Dalam lirik lagi Ibu, tanggung jawab dan perjuangan seorang ibu menjalani kodrat sebagai orang tua terhadap anak, diumpamakan dengan perjalanan jauh menempuh jarak ribuan kilometer. Pada kenyataannya bahkan mungkin lebih berat dari itu, seandainya tanggung jawab seorang Ibu bisa dihitung dan diukur, dan seandainya setiap langkah ibu bisa dihitung dan diukur. Apalagi dalam lirik ini tokoh Ibu digambarkan sebagai sosok sederhana, pekerja keras, menderita, dan terkesan multiproblem. Frasa "ribuan kilo" tidaklah sekadar mengungkapkan jarak tempuh semata, namun merupakan metafor tentang beratnya suatu kehidupan.  Semua dijalani Ibu demi keuarga, demi anak, demi sandang pangannya, pendidikannya, kesehatannya, kebahagiaannya, dan keberhasilannya.


/Lewati rintang untuk aku anakmu/

Perjalanan hidup ibu tidaklah mulus tanpa hambatan. Kesulitan dan penderitaannya dimetaforkan dengan kata "rintangan", yaitu sesuatu yang menghalangi, mengganggu, mengusik, atau menghadang sehingga menghambat kelancaran perjalanan.Walaupun rintangan mengahadang, kesulitan hidup tak terelakkan, Ibu pantang putus asa, tidak menghindari masalah tetapi menghadapinya, melewatinya, dan menjalaninya walau penuh rintangan.



 /Ibuku sayang masih terus berjalan/ 
/Walau tapak kaki, penuh darah penuh nanah/

Ibu terus berjalan, terus berjuang dan memperjuangkan hidupnya. Semangat Ibu dalam menjalani kehidupnya dimetaforkan dalam frasa "terus berjalan". Walaupun berat dan sulit, Ibu terus berjuang tanpa berkata lelah, tanpa keluh kesah. Ibu rela berkorban, mengorbankan kepentingannya, rela menderita dan bersusah payah demi kebahagiaan anaknya. "Darah" dan "nanah" adalah metafor tentang penderitaan dan kesulitan. Hidup memang sulit, namun harus tetap dijalaninya. Karena selama ada napas, maka hidup harus terus berlanjut.

/Ingin kudekat dan menangis di pangkuanmu/
/Sampai aku tertidur, bagai masa kecil dulu/
/Lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku/

Ada imaji visual di sini, bahwa dalam konteks ini ada jarak yang memisahkan antara anak dan Ibu. Ada kerinduan, ada rasa yang tak teridentifikasi, ada sesuatu, sehingga anak ingin berada di dekat Ibu dan menangis di pangkuannya sampai tertidur, bagai masa kecil yang indah. Pangkuan Ibu adalah metafor tentang kehangatan, tempat rebah terindah bagi manusia. Di pangkuan Ibulah seseorang bisa bercerita bahkan menangis. Tak ada keluh kesah, Ibu menerimanya dengan pengharapan dan doa terbaik. Doa Ibu sumber kekuatan bagi anak. Setiap kata dan ucapan Ibu adalah  doa yang terindah untuk anaknya. Bagai obat luar yang membalur tubuh, menghangatkan, menguatkan, dan menyembuhkan. Juga, doa Ibu bagi anak  dimetaforkan selimut hangat yang meninabobokan.




2. Hiperbola

Hiperbola adalah gaya bahasa yang menggunakan pernyataan dibesar- besarkan, baik jumlah, ukuran maupun sifatnya, dengan maksud memberi penekanan intensitas. Gaya bahasa hiperbola yang terdapat dalam lirik lagu Ibu karya Iwan Fals tampak pada kutipan berikut.

/Ibuku sayang masih terus berjalan/
/Walau tapak kaki, penuh darah penuh nanah/

Walaupun terdapat gaya bahasa hiperbola, namun lirik lagu Ibu tidaklah hiperbolis. Aneh kan? Karena kehadiran majas tersebut tidak bersifat bombastis, juga bukan bualan semata. Gaya bahasa hiperbola  yang digunakan justru memberikan intensitas makna yang terkandung. Ibulah orang tersayang dalam hidup ini. Kasih sayang Ibu tidak mengenal lelah. Dalam kutipan larik di atas, terdapat penekanan betapa besar perjuangan dan penderitaan Ibu. Penulis lirik menggunakan metafor berupa telapak kaki yang penuh darah dan penuh nanah. Diksi tersebut menunjukkan intensitas penderitaan dan perjuangan seorang Ibu. Namun demikian, Ibu tetap menjalaninya dengan penuh kasih sayang, demi keluarganya, demi anaknya .


3. Simile

Simile adalah gaya bahasa perumpamaan yang menggunakan kata seperti, laksana, bagaikan, dan sejenisnya, untuk membandingkan antara objek yang digambarkan dengan pilihan kata yang digunakan. Gaya bahasa simile yang digunakan penulis lirik lagu Ibu karya Iwan Fals tampak pada kutipan berikut.

/Seperti udara... kasih yang engkau berikan/
/Tak mampu ku membalas...ibu...ibu/


Kasih sayang Ibu yang diberikan kepada anaknya digambarkan seperti udara. Mengapa diksi "udara" dipilih untuk mengibaratkan kasih sayang seorang Ibu?  "Seperti udara... kasih yang engkau berikan". Udara adalah zat yang esensial sebagai syarat untuk hidup, sangat vital, dibutuhkan, banyak tak terbatas, dan tidak berbayar. Tak seorangpun yang sanggup membayar, membalas, atau pun mengganti jasa dan kasih sayang Ibu. Setiap tarikan dan hembusan napas, sepanjang hayat, doa dan kasih sayang Ibu menebar seperti udara ke seluruh atmosfer kehidupan bahkan sampai ke alam baka. Tak ada yang mampu membalas kasih sayang Ibu.


Berikut teks lagu Ibu karya Iwan Fals


Ibu

Ribuan kilo jalan yang kau tempuh
Lewati rintang untuk aku anakmu
Ibuku sayang masih terus berjalan
Walau tapak kaki, penuh darah penuh nanah


Seperti udara... kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas... Ibu... Ibu...


Ingin kudekat dan menangis di pangkuanmu
Sampai aku tertidur, bagai masa kecil dulu
Lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku
Dengan apa membalas... Ibu... Ibu....


Seperti udara... kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas... Ibu... Ibu....

***


26 September 2008

Solid

Waktu yang dinanti tiba 
Lebaran
Tak hanya raya dan suci
Tetapi 
Kita berlima 
Bisa berkumpul 
Bersama keluarga
Di rumah tua
Tempat bersama 
Sejak mengenal dunia

Entah berapa lama
Kita tak bersama
Kini kembali menghambur
Ke hangatnya sarang

Semua 
Yang telah pergi
Menjalani kodrat Illahi
Mendayung biduk
Membentangkan layar
Memacu kapal kehidupan
Kini menyatu di muara

Perahu-perahu hayati 
Sedang bersandar di pelabuhan 
Teduh
Damai 
Menikmati kicauan burung Tituit 
Yang selalu menjerit "Tiiiiiit...Tituiiiit...." 
Saat bertengger 
Di pepohonan
Belakang rumah kita

Kita ingat selalu
Satu pesan
Tentang sebuah komitmen 
Menjadi keluarga yang solid
Saat dekat
Saat jauh
Hati saling terikat
***


25 September 2008

Kabar dari Desa

Lamongan di puncak kemarau:

 /1/

Jati-jati yang ditanam kakakku di belakang rumah

meranggas

daun-daunnya luruh

 

/2/

Pucuk pohon kurma di depan rumah

dimangsa kumbang wawung

daunnya tersulut kembang api anak-anak

layu dan mengering 

 

/3/
Buah randu pecah

menyembul kapuk 

putih

beterbangan 

berbaur angin zat asam panas menghempas 

dan debu-debu berhamburan

hinggap di atas sisa dedaunan

 

/4/
Bunga-bunga kamboja bermunculan

di ujung reranting 

kuning

gersangnya menjadi indah  

 

/5/

Langit berwarna cerah

tampak membiru

di balik batang-batang kerontang

 

/6/
Sepasang bunga bangkai mini tumbuh di dekat rumpun bambu

disebutnya totok kerot 

ia tumbuh sebelum waktu tertabuh

 

/7/

Sementara itu

orang-orang berpuasa kehabisan air ludah

kering

namun tetap meladang

atau bekerja di tegalan

 

/8/
Sungguh menakjubkan

bumi pecah-pecah disulam menjadi permadani

hijau bernama tembakau

luas

seluas mata memandang

air siramannya bercampur keringat

yang mengucur dari tubuh legam berkilat-kilat

duhai, sempurnalah perjuanganmu

petani di tanah gersang


/9/
Itulah lukisan wajah alam yang selalu indah bagiku

keluh dan kesahnya bagai nyanyian rindu

yang bergenderang di hatiku

syahdu





16 September 2008

Kematian Seharga Rp30.000

Senin, 15 September 2008 di Pasuruan, Jawa Timur. Hatiku berdebar-debar menahan rasa sedih, iba, dan prihatin. Ribuan orang berdesakan, berteriak, menjerit, menangis, histeris, merintih, mengerang, mengeluh, berpeluh, terinjak-injak, tak bisa bernapas, terluka, dan 21 orang meninggal dunia. Ribuan orang berebut zakat sebesar 30 ribu rupiah dari seorang muzakki (pemberi zakat). Di tengah bulan Ramadhan yang suci, ketika mereka sedang menahan lapar dahaga. Mereka antre, berdesakan, untuk menjemput kematiannya sendiri. 

Aku hanya punya harapan, simpati, dan empati: tak kuasa berbuat lebih. Untuk para korban: aku berdoa dan mengenang kalian dalam tulisan ini. Ya Allah... Engkau Maha Berkehendak atas segala sesuatu. Jika dalam kehidupan belum Engkau penuhi dahaga hamba-Mu, berikanlah dalam kematian, dan masa setelah itu. Buruk menurut kami belum tentu buruk menurut-Mu, begitu pula sebaliknya...

Dalam Islam: memberi yang baik adalah dengan cara mengantarkannya kepada yang berhak. Namun jika tidak memungkinkan karena sesuatu hal, percayakan kepada BAZ (Badan Amil Zakat) atau LAZ (Lembaga Amil Zakat). Atau sebagian disalurkan sendiri untuk yang berhak, yang berada di sekitar tempat tinggal. Tidak ada alasan untuk tidak mempercayai badan/lembaga tersebut. Jika telah berniat memberi, hendaknya bertawakal kepada Allah swt. Jangan sampai perbuatan baik itu berbaur dengan riya.  Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (Al Baqarah:264) 

Dengan kejadian pilu tersebut jangan sampai membuat orang berhenti berzakat, baik zakat fitrah, zakat harta, maupun zakat buah-buahan. Zakat merupakan salah satu Rukun Islam. Perintah Berzakat Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan. (Al Baqarah: 110) Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. (Al An'aam:141)

Azab orang yang tidak berzakat: Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Ali Imran: 180). Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu." (At Taubah: 35)

11 September 2008

Dialog dengan Tuhan

  

Tuhan...
Sepenuhnya aku yakin hidupku dalam genggaman-Mu.
Sebagaimana aku percaya matiku dalam suratan-Mu.
Dan aku jalani qodar-Mu seiring terbit dan tenggelamnya matahari.
Sungguh banyak asa yang kugantungkan pada-Mu, setiap waktu.
Namun lebih banyak lagi nikmat yang Engkau tebarkan.
Sampai aku tak sanggup mengumpulkan dalam catatan hidupku.
Berjalan aku menuju arah Kau tempatkan belas kasih-Mu.
Dan berdialog dengan-Mu serasa Engkau sedekat urat leherku.
Walau tak pernah kudengar jawabmu, tapi Engkau dengarkan rintihanku.

Tuhan...
Masih ada harapan yang tak kunjung padam.
Masih ada mimpi yang Kau rahasiakan.
Maafkan aku 
Tak  pernah aku belajar curiga kepada-Mu. 
Dan tak sedikitpun aku meragukan janji-Mu.
Aku telah belajar untuk menjalani hidup ini dengan ikhlas.
Jika aku tenggelam bersama matahari dan tak terbit esok pagi
Jangan Kau biarkan aku merana.
Dan mereka, yang di dalam tubuhnya mengalir darahku.

Malang, 18 Oktober 2007

06 September 2008

Sapardi Djoko Damono di BBY

Seorang teman, Peneliti Madya dari Balai Bahasa Yogyakarta (BBY), Herry Mardianto, mengabari saya tentang rencana kehadiran Sapardi Djoko Damono (SDD). Mendengar nama sastrawan “gaek” tersebut, seketika angan saya flash back ke masa kuliah dahulu. Dalam pencitraan visual, SDD adalah sastrawan yang pada sekujur tubuhnya bertuliskan: Aku Ingin Aku Ingin Aku Ingin Aku Ingin Aku Ingin ... Saya pernah menulis sajak SDD tersebut di bagian dalam cover buku mata kuliah Apresiasi Prosa Fiksi dan Drama. Bagi saya SDD identik dengan sajak Aku Ingin. Sajak itu seolah cerminan isi hati saya yang takut terhadap perasaannya sendiri. Perasaan yang tak kuasa untuk diucapkan kepada seseorang karena takut kehilangan sucinya persahabatan. Rasa yang tak sempat tersampaikan.
Berikut sajak tersebut...

AKU INGIN

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

...

Balai Bahasa Yogyakarta sebagai lembaga pemerintah yang bertugas melaksanakan program pembangunan nasional di bidang kebahasaan dan kesastraan, sangat peduli dan komit terhadap kemajuan dan kelestarian bahasa dan sastra. Kedatangan Sapardi Djoko Damono tersebut atas prakarsa BBY dalam peringatan Bulan Bahasa Nasional Oktober 2008.
Ketika berkumpul dalam komunitas pecinta bahasa dan sastra, ada energi besar yang menekan dan mendorong jiwa untuk selalu berkarya. Rasanya ingin datang ke Yogya tapi tidak mungkin. Selain karena jauh dari Malang juga karena banyaknya tugas yang tidak bisa saya tinggalkan. Saya menunggu liputannya di www.balaibahasa.org
Terima kasih BBY, kepadamulah idealisme dan obsesi saya terwakilkan. Terus berjuang demi majunya bahasa dan sastra Indonesia serta bahasa dan sastra daerah. Berjuanglah menyemai benih cinta di hati masyarakat sehingga tumbuh buliran sastra yang bertangkai puisi, berdaun prosa, dan berakar naskah drama. Begitu suburnya dengan media bernama bahasa. Amboi... alangkah indahnya hidup ini!

04 September 2008

Puisi dari Seorang Teman

Cakram Rindu

Kita pun sering berlarian di antara mimpi, 
kenyataan, 
dan harapan yang sering tak terduga 
dan terkadang ngayawara. 
Antara kesangsian dan sorga hanya ada satu kata: 
"kerinduan". 
Dan perputaran hidup yang bagai gasing 
adalah sebuah cakram yang terus setia mengintai 
dan menjaga kemanapun kita berpaling.
Kerinduan terkadang menjelma sebagai sebongkah impian tanpa batas. 
Ia berlari dari tepi hati ketepi telaga sunyi. 
Seperti "kau" yang juga tak terjaring di garis tapal batas keheninganku.
***

Mau membaca lebih banyak? Klik di sini

Puisi ini karya Herry Mardianto
dari Balai Bahasa Yogyakarta.

03 September 2008

Marhaban Yaa Ramadhan

Selamat datang bulan Ramadhan 1427 H. Bulan terbaik dari semua bulan. Bulan keagungan yang penuh hikmah, berkah, rahmah dan ampunan. Bulan peperangan berat melawan musuh terberat manusia - hawa nafsu.

Bulan yang agung, tempat nafas kita menjadi tasbih, tidur kita menjadi ibadah, amal kita diterima dan do’a kita diijabah,

Juga...
Bulan ujian, apakah kita masih tetap bekerja sambil tersenyum tanda ikhlas?

Mari kita sambut dengan suka cita. Jalani puasa dengan penuh iman, ikhlas, dan sabar. Semoga menjadi hamba yang dicintai-Nya.



Elok kicauan burung kutilang, siang dan malam di pohon durian
Bulan Ramadhan telah datang, khilaf dan salah mohon dimaafkan

Berharap padi dalam lesung, yang ada cuma rumpun jerami,

harapan hati bertatap langsung, namun hanya terlayang di web ini.

Sebelum cahaya surga padam, Sebelum hidup berakhir,
Sebelum pintu tobat tertutup, sebelum Ramadhan berakhir,
Mohon maaf lahir dan bathin….
Taqobalallahu Minna Waminkum, Taqobal Ya Karim

Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan 1427 H



29 Agustus 2008

Aku Terpenjara

Putih...

Gelap...

Gelap namun tak hitam

Tak hitam tapi tak kuasa memandang

Visibilitas terbatas

Aku terpenjara 

Dalam pusaran 

Putih

 

Alam yang luas itu seketika sempit

Hanya aku

Objek pandang yang tertangkap sorot mataku sendiri

Ke mana arah?

Tak satu pun petunjuk

Di mana rimba hijau dan langit biru?

Hanya putih


Dingin...

Serasa darah melambat dalam aliran

Tubuh gemetar dalam gigil mencari tungku api


Takut...

Makin sadarkan bahwa diri tak kuasa

Seolah tlah datang janji-Mu

Tatkala bumi yang kupijak

Kau gulung dari hamparan


Masa yang mengerikan

Karena kutahu

Bahwa diriku belum pandai meraih cinta-Mu


Tuhan...

Aku terpenjara


Embun


Ilmu Untuk Diamalkan 
(Pencerahan dari seorang teman maya) 

Setelah saya memperhatikan, hanya sedikit para ulama dan kalangan terpelajar yang mempunyai kesungguhan. Di antara tanda kesungguhan adalah mencari ilmu untuk beramal, sementara kebanyakan dari mereka menjadikan ilmu hanyalah sebagai alat untuk mencari pekerjaan dan mengejar kedudukan. ....
Mereka berbondong-bondong mencari ilmu agar diangkat menjadi hakim atau hanya ingin membuat dirinya sekadar berbeda dari orang lain dan merasa cukup dengan hal itu. (Imam Ibnu al-Jauzy). Ilmu yang Bermanfaat Marilah kita memohon kepada Allah ilmu yang bermanfaat untuk kita, karena itulah sumber pengetahuan yang baik. Tatkala kita memiliki ilmu yang berguna, kita pasti mengenal Allah dengan cara yang benar dan kita akan tergerak untuk bekerja sesuai dengan syariat-syariat-Nya dan dengan cara yang diridhai-Nya. Kita pun akan senantiasa dituntun kepada jalan keikhlasan. Asal-muasal segala sesuatu adalah ilmu, dan ilmu yang paling bermanfaat adalah melihat/ membaca perjalanan hidup Rasulullah dan para sahabatnya. Allah berfirman, "Mereka adalah orang-orang yang Allah beri petunjuk, maka ikutilah jejak hidayah mereka." (QS. al-An’am [6]: 90). (Imam Ibnu al-Jauzy)

Instrospeksi Diri 
Kekurangan dan kelebihan seseorang akan tampak jika kita terus-menerus menginstropeksi diri. (Imam Ibnu al-Jauzy) Imam Ibnul Qayyim pernah membahas firman Allah Swt. yang artinya, "Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap jiwa melihat apa yang ia lakukan untuk hari esok. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kalian lakukan." (QS. Al-Hasyr: 18). Imam Ibnul Qayyim mengatakan, bahwa perintah Allah dalam ayat tersebut mengandung anjuran kepada setiap orang untuk dua hal. Pertama, mengevaluasi diri masing-masing. Dan kedua, melihat dan menghitung apakah perbekalan yang telah ia persiapkan di dunia sudah cukup saat ia bertemu dengan Allah atau belum. 

Jangan Berputus Asa 
Janganlah berputus asa karena ia bukan akhlak kaum muslimin. Hakikat hari ini adalah impian hari kemarin, dan impian hari ini adalah kenyataan hari esok. Kesempatan masih luas dan unsur-unsur kebaikan masih kuat dan besar dalam jiwa kalian yang mukmin, meskipun tertutupi oleh berbagai fenomena kerusakan. Yang lemah tidak selamanya lemah, dan yang kuat tidak selamanya menjadi kuat. (Imam Hasan al-Banna) 

Jiwa yang Senantiasa Sadar dan Waspada 
Andaikata jiwa terus sadar dan waspada, maka ia akan terus melakukan yang terbaik. Jika tidak, maka ia akan terjebak pada perasaan bangga, ketakaburan, dan sikap meremehkan orang-orang lain. Akhirnya, ia akan berkata, "Aku telah memiliki segalanya, aku berhak untuk berbuat apa saja!" Orang seperti itu akan membiarkan hawa nafsunya terjun ke dalam dosa-dosanya. Padahal, kalau saja ia berdiri di pantai kerendahan hati dan jiwa pengabdian pada Allah, akan selamatlah ia. (Imam Ibnu al-Jauzy). 

Kebijaksanaan Orang-Orang Bijak 
Di antara kebijaksanaan orang yang bijak, hendaknya ia memberi keleluasaan hukum kepada temannya, sedang untuk dirinya memilih hukum yang sempit. Sebab, keleluasaan bagi mereka sebagai bentuk penyertaan ilmu. Sedangkan penyempitan untuk dirinya sendiri sebagai aturan wara’. (Imam Ruwaym bin Ahmad) 

Kendala yang Dihadapi 
Orang yang Menuju Allah Kendala pertama yang dihadapi oleh orang yang menuju Allah adalah kendala ilmu (Imam al-Ghazali) 

Keberanian
Keberanian yang terpuji adalah didasari ilmu dan perhitungan, bukan tatawwur (nekat dan ngawur). Karena itu, orang yang kuat dan perkasa adalah orang yang mampu mengendalikan diri ketika marah hingga dapat melakukan yang mengandung kemaslahatan dan meninggalkan yang tidak mengandung maslahat. Sedangkan orang yang emosional bukanlah pemberani dan juga bukan orang kuat. (Imam Ibnu Taimiyah) 

Kemenangan
Sesungguhnya sebuah pemikiran (fikrah) akan menang bila keimanan padanya kuat, keikhlasan untuk memperjuangkannya terpenuhi, semangat untuk menegakkannya bertambah, dan kesiapan untuk berkorban dan beramal untuk merealisasikannya selalu tersedia. (Imam Hasan al-Banna) 

Kekuatan 
Niat dan Motivasi Jika seseorang datang ke sebuah majelis, hendaknya ia hadir bukan karena lapar, tetapi atas niat dan motivasi yang baik dan harus melupakan niatan-niatan duniawi. Saat itulah hatinya dapat menerima nasehat-nasehat, sehingga ia sadar atas apa yang pernah diperbuatnya dan tertarik untuk melakukan apa yang diketahuinya baik. Ia akan bangkit di atas perahu makrifat-nya. Saat itulah hati mulai sadar atas perbuatan-perbuatan buruk yang pernah dilakukannya, sehingga ia menyesal dan keingintahuannya semakin bertambah besar. (Imam Ibnu al-Jauzy)