Di era komunikasi global yang serba modern dan canggih, jasa pelayanan pos mulai ditinggalkan. PT Pos kalah bersaing dengan jasa kurir swasta maupun perkembangan teknologi informasi seperti HP, e-mail, dan jejaring sosial yang berbasis internet, serta multimedia lain yang mampu mengirim dan menerima informasi dengan sangat cepat. Di saat seperti ini saya ingin mengingatkan bahwa Pak Pos masih ada, masih eksis, dan tetap setia melayani masyarakat dalam jasa persuratan dan pelayanan lainnya.
“Pak Pos, saya rindu menulis surat. Saya ingin membalas surat murid-murid saya yang pernah Bapak antar ke rumah saya.”
Semoga saya tidak GR (gedhe rasa) setiap membaca kembali surat-surat dari murid saya yang dikirim melalui jasa Pak Pos selama kurun waktu 7 tahun. Inilah cuplikannya:
1. Dari Esha Pradana
“Masih ingatkah Ibu dengan saya, Esha Pradana? Saya yakin Ibu masih ingat kepada saya, dan semoga tetap ingat sampai di masa yang akan datang. Saya masih terkenang ketika Ibu pertama kali datang ke Madura: Ibu takut carok. Jangan takut lagi, Ibu… Budaya carok hanya terjadi pada masyarakat Madura primitif, tidak pada kami yang terpelajar ini. Sekarang Ibu meninggalkan kami. Akan tetapi saya berharap agar perpisahan ini tidak untuk selamanya, Kita pasti dapat bertemu kembali, entah kapan… Kami akan selalu merindukan Ibu”
2. Dari Nur Prayogo Fajri
“Ibu Lilis yang baik dan sabar, saya merasa kehilangan sekali sosok guru seperti Ibu, yang bisa sabar dalam menghadapi murid-murid IPS 4 yang bandel dan nakal. Ibu Lilis, saya berharap mudah-mudahan Ibu sehat wal afiat.Hal lain yang sangat berkesan bagi saya, Ibu selalu memberi point dalam setiap partisipasi saya. Ibu sangat hafal dengan judul-judul karya sastra dan nama pengarangnya. Ibu selalu bersemangat jika berbicara tentang sastra. Setiap perjumpaan ada perpisahan, karena semua itu sudah kodrat alam yang harus kita jalani dalam hidup ini. Saya berharap Ibu tidak pernah menyesal mempunyai murid seperti saya. Terima kasih, karena Ibu telah bisa sabar dalam membina kami. Mohon maaf jika ada salah dari kami,Ibu…”
3. Dari Moh. Ambari
“Saya dengan rasa berat hati mengucapkan salam perpisahan kepada Ibu. Apabila saya pernah menyakiti hati Ibu, maafkan saya Ibu. Kelas 3 IPS-3 nakal, tapi Ibu tidak mengatakan kami nakal. Dengan perlakuan Ibu seperti itu, kami mati langkah di hadapan Ibu. Saya akan menyimpan kenangan bersama Ibu sepanjang hidupku. Jangan lupakan kami 3 IPS-3 Ibu.. Meskipun kini kita jauh dan berpisah, semoga Ibu tetap mengingat kenangan bersama kami. Kami di sini merindukan Ibu. Perpisahan ini sangat menyedihkan hati kami, tapi saya berdoa semoga Ibu bahagia…”
4. Dari Apendi Shondhar Kurniawan
“Mengapa Ibu meninggalkan saya? Saat ini saya membutuhkan guru yang mengerti cara belajar saya. Ibu bisa mengerti saya dan menerima segala kekurangan saya. Kalau saja waktu dapat diputar, saya ingin duduk di kelas 3, tahun kemarin. Sehingga Ibu bisa menemani saya sampai lulus. Perpisahan ini sangat berat bagi saya. Tapi saya tetap berdoa semoga Ibu sukses dalam menjalankan tugas dan mendapatkan murid yang baik di tempat yang baru. Kami juga mohon doa restu Ibu, semoga kami lulus dan sukses di masa depan. Ibu, jika Allah swt mengijinkan, muridmu tersayang ini akan mencari Ibu kelak… ”
5. Dari Ika Sayyidatul Husna
“Ibu, tak ada kata yang dapat saya ucapkan untuk melepas kepindahan Ibu. Dan tak ada hadiah yang dapat saya berikan, hanyalah ucapan “Selamat jalan, selamat melanjutkan kewajiban sebagai guru di tempat tugas yang baru”. Selama ini banyak kesan yang kami rasakan. Ibu baik dan ramah. Ibu tabah menghadapi kami. Ibu sangat teliti dalam memeriksa tugas, Ibu selalu melingkari setiap kesalahan tulisan dengan tinta merah. Sehingga kami tahu dan dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan itu. Ibu adalah segalanya: penghibur dalam kesedihan, pemberi harapan dalam penderitaan, membangkitkan kekuatan dalam kelemahan. Hanya Ibu yang dapat memahami arti kasih sayang dan bahagia. See you ‘n don’t forget me..”
6. Dari Nurul Hidayati
“ Tak banyak yang bisa saya sampaikan kepada Ibu. Kenangan indah bersama Ibu telah kubingkai dalam hati. Dorongan, dukungan, dan pesan Ibu akan menjadi cambuk bagi saya untuk maju. Saya senang cara Ibu mengajar, membuat saya bersemangat, berusaha, dan terus mencoba. Ibu telah membuka hati saya untuk melihat betapa perlunya perjuangan hidup. Jika selama ini ada salah kata dan perbuatan, saya mohon maaf karena lidah bagai pedang tajam yang menyakiti walau tanpa mengeluarkan darah. Saya tidak punya apa-apa untuk membalas kebaikan Ibu, tetapi saya punya doa untuk kebahagiaan Ibu sekeluarga. 'Bukan hanya suka cita yang menjadi tujuan hidup kita, tetapi berbuat dan berjuang agar setiap hari lebih maju daripada hari yang mendahuluinya'... ”
7. Dari Widiya Kusuma Dewi
“Saat pertama Ibu mengajar, saya takut karena Ibu sering mengkritik saya dan teman-teman. Tapi akhirnya kami menyadari kekurangan dan kesalahan itu, terutama dalam pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sampai akhirnya, saya sudah menganggap Ibu seperti orang tua saya sendiri. Selama belajar bahasa Indonesia, belum pernah saya serajin tahun ini. Ibulah yang memacu semangat saya. Sekarang Ibu pindah tugas, dan saya kangen. Saya berharap jika Ibu datang ke Pamekasan, saya bisa bertemu Ibu…”
8. Dari Mariyatul Kiptiyah
“ Apa kabar, Ibu? Saya berharap Ibu baik-baik saja dan selalu dalam lindungan-Nya. Sebenarnya berat bagi saya untuk melepaskan Ibu. Tapi, seperti yang pernah Ibu katakan bahwa perpisahan ini bagai keping misteri yang memilki dua sisi: sedih dan bahagia. Ibu bersedih karena meninggalkan kami, tapi Ibu juga bahagia karena bisa kembali di tengah keluarga. Maka dengan perpisahan ini saya berharap Ibu bahagia, tidak lagi seperti segi tiga sama sisi yang saling berjauhan sudut-sudutnya. Saya bisa merasakan kebahagian Ibu dalam linangan air mata saya. Satu hal yang sangat saya ingat, Ibu selalu memotivasi kami untuk belajar dan bedoa. Saya mohon, Ibu juga berkenan mendoakan kami agar meraih sukses di masa yang akan datang. Terima kasih atas semuanya, Ibu akan selalu hidup dalam kenangan kami…”
9. Dari Laksmana Jaka Weidy
“ Dan… Smile donk Bu… :) !! Saya merasa sangat sedih dan kehilangan atas kepindahan Ibu. Bagi saya Ibu memiliki ciri khas tersendiri. Sosok yang sederhana, apa adanya, tidak muluk-muluk, tidak pilih kasih, dan yang paling membuat saya salut adalah KETANGGUHAN Ibu. Saya menilai Ibu wanita yang kuat baik fisik maupun batin. Ibu wanita kedua yang tangguh setelah Ibu saya, tegar dalam menjalankan tugasnya. Mmmhh…. Sekarang sudah jam 23.45 Ibu, mata saya sudah menguncup. Tidak ada yang bisa saya berikan pada Ibu, tapi yang jelas doa saya selalu menyertai kemana pun Ibu pergi. Jaga diri baik-baik ya Bu, semoga selalu dalam lindungan-Nya. Doakan saya bisa meraih cinta-cita saya sebagai desainer ya Bu…”
10. Dari Afaf Thalib
“Entah dari mana saya harus memulai surat ini. Yang saya rasakan saat ini adalah kehilangan sosok guru yang selama ini saya kagumi dan saya hormati. Banyak kesan yang Ibu lekatkan di hati kami. Ibu sangat memperhatikan kami, dan perhatian Ibu tanpa kecuali. Dalam setiap jumpa di kelas, Ibu bisa ciptakan suasana bahagia, sedih, haru, lucu, dan lain-lain. Saat ini tak ada lagi suasana itu. Saya kehilangan. Saya kangen Ibu..”
(Bersambung…)
11. Dari Athirta Irjatmiko
“Dengan surat ini semoga hati Ibu yang sedih menjadi bahagia dan jika gelisah menjadi tenang. Semoga Ibu sehat dan selalu dalam lindungan Allahswt. Ibu, dalam hari-hari bersama kami, tentu banyak kenangan bahagia dan pedih yang bersatu. Dengan saling memaafkan, kenangan pahit dapat terlupakan. Kini Ibu telah pergi dengan sejuta kenangan yang membekas di hati. Terima kasih atas bimbingan, binaan, dan didikan Ibu kepada kami. Ilmu telah kudapatkan, tapi hanya kata-kata ini yang bisa aku persembahkan:
Seorang Ibu melangkah
Menuju kota Berteman
Merangkai perjalanan
Demi tugas dan kewajiban
Hari-harimu berlalu
Mengukir sebuah kenangan
Bibirmu selalu tersenyum
Namun jiwamu risau
Karena cinta kau tinggal jauh
Saya tidak tahu bagaimana perasaan Ibu setelah membaca untaian kata tersebut, tetapi saya berharap Ibu tersenyum membacanya, karena dengan tersenyum Ibu semakin kelihatan manis…”
12. Dari Saheriyanto
“Hari ini, 6 Januari 2004. Ibu telah melewati masa pengabdian selama 7 tahun 7 bulan di Pulau Garam, di SMAN 1 Pamekasan. Kini Ibu telah meninggalkan kami, menuju tempat tugas dambaan Ibu. Saya sebenar-benarnya sangat sedih dan haru. Semoga di tempat yang baru Ibu sangat menyukainya, saya ingin Ibu tetap bahagia seperti saat bersama kami. Guruku yang tulus memberikan ilmu, terima kasih atas segalanya, terima kasih telah membuka pintu hati kami untuk mengerti hakikat hidup yang sesungguhnya. Ibu guru yang kucintai, maafkanlah apabila tingkah laku kami selama di kelas atau pada waktu berpapasan di jalan kurang berkenan. Ibu, malam ini sudah larut. Saya hanya bisa mengucap selamat berpisah. Satu yang tak dapat kulupa, engkau guruku yang penuh sukacita. Rasanya saya ingin bertemu walau hanya sebentar, ingin belajar bersamamu walau hidup dalam mimpi…”
13. Dari Indra Wahyudi
“ Saya ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu karena dengan bimbingan Ibu, saya mengerti arti kehidupan yang sebenarnya. Pengalaman mengajar di di Pamekasan janganlah membuat ibu menyesali jalan hidup. Selamat bertugas di tempat yang baru, saya berharap suatu saat nanti bisa bertemu dengan Ibu lagi. Apabila selama ini saya pernah membuat luka perasaan Ibu, saya mohon maaf. Saya berdoa untuk kebahagian Ibu, dan saya mohon doa restu untuk kesuksesan saya, Ibu…”
14. Dari Moh. Reza Bahrezi
“ Selamat malam, petang, sore, siang, pagi. Saya ingin mengucap salam itu setiap waktu untuk Ibu. Apa kabar? Sejak saya dengar Ibu akan pindah tugas, pada siang itu hati saya terasa pedih. Menetes air mata saya. Semua itu pertanda bahwa Ibu tidak boleh pergi meninggalkan saya. Tapi saya tidak boleh egois untuk kebahagiaan Ibu. Karena Ibu juga punya tanggung jawab yang besar di lain hal. Terima kasih Ibu, telah mendidik, membimbing, menasihati, mengayomi, dan menyemangati saya untuk menjadi nomor satu. Masih ingatkah, ketika Ibu mengumumkan hasil ulangan ke-3 dan ke-4, Ibu menyatakan bahwa hasil ulangan saya “bagus”, hati saya sangat senang dan saya merasa punya arti. Setiap menulis, saya teringat Ibu yang selalu berpesan untuk memperhatikan EYD, tanda baca, tulisan yang jelas, dan pilihan kata yang benar. Jagan lupakan simphoni masa lalu di SMA bersamaku, Ibu… jadikan semua ini sebagai kisah klasik di masa depan. Semoga Ibu bahagia di tempat yang baru, dan senantiasa dalam lindungan Allah swt. Saya berharap dapat bertemu Ibu di lain waktu, di lain kesempatan, dan saya ingin melihat Ibu tetap tersenyum…”
15. Dari Dedi Novianto
“Ibu, walaupun Ibu tidak mengajar kami lagi, tapi insya Allah saya akan tetap ingat dan mematuhi pesan Ibu untuk patuh dan hormat kepada guru pengganti Ibu, siapa pun orangnya. Walaupun sebenarnya guru penggantinya tidak seperti Ibu dalam mengajar kami. Saya berdoa semoga semua yang Ibu ajarkan menjadi ilmu yang bermanfaat. Saya berdoa untuk kebahagiaan Ibu, dan saya mohon doa kepada kedua orang tua saya juga memohon doa Ibu untuk keberhasilan saya. Mohon maaf atas semua kesalahan saya, Dedi Novianto nomor presensi 17 kelas 3 IPS-3”
16. Dari Dwi Purnomo Ramadhani
“ Ini surat penghantar untuk mengucapkan salam perpisahan. Perpisahan yang sangat tidak saya inginkan, tapi harus terjadi agar Ibu bisa bersatu dengan keluarga di Malang. Saya mohon maaf karena pernah membuat Ibu marah. Walaupun Ibu hanya marah melalui bahasa dan tanpa teriakan, tapi saya sangat menyesal. Pemberian maaf Ibu sangat berarti bagi saya dalam menjalani kehidupan kini dan masa depan. Selamat jalan Bu, saya selalu berdoa semoga Ibu selalu dalam lindungan-Nya serta sukses dalam segala hal. Saya mohon doa dari Ibu agar berhasil juga dalam segala hal. Terima kasih telah mengajari dan mendidik kami untuk menjadi tangguh dalam menjalani hidup, serta memiliki kepribadian yang matang. Jangan lupakan kami Bu, karena kami tidak akan pernah melupakan Ibu…”
17. Achmad Fajar
“Ibu Lilis yang saya sayangi, berat rasanya saya kehilangan Ibu, karena Ibu telah membuat saya bangga masuk jurusan IPS, Ibu menguatkan kami dengan memotivasi-motivasi. Ibu Lilis yang saya sayangi, sebenarnya masih banyak yang ingin saya sampaikan, tetapi saya tidak mampu mengutarakan dengan tulisan karena saya tidak bisa menahan air mata yang turun terus menerus saat saya menulis surat ini. Mungkin dengan foto ini Ibu akan mengingat saya. Jangan lupakan saya Bu, jangan lupakan kami, kenanglah kami di hati Ibu. Maafkan kami bila pernah membuat Ibu kesal atau kecewa, tetapi kami tidak pernah melakukankesalahan itu dengan sengaja. Maafkan kami Bu, maafkan kami…”
18. Dari Nurhatim
“Semoga rahmat dan hidayah Allah tetap mengiringi langkah diri dan keluarga Ibu selalu. Amien. Berat rasa hati ini melepas kepergian Ibu, pergi meninggalkan kami menuju tempat tugas yang baru. Saya, Nurhatim kelas 3 IPS 2 nomor 32 (semoga Ibu tidak lupa). Saya tidak akan melupakan Ibu, tidak akan melupakan jasa Ibu. Tidak lupa saya mengucapkan kata maaf jika saya pernah melakukan kesalahan ketika kita masih bersama. Saya memohon kepada Allah swt agar segala ilmu yang Ibu ajarkan selalu bermanfaat bagi perjalanan hidup saya menuju kesuksesan. Saya mohon doa restu Ibu agar tujuan dan cita-cita hidup saya dapat tercapai dengan baik. Semoga di lain kesempatan saya dapat berjumpa lagi dengan Ibu, ibuku yang baik…”
19. Dari Febry Kurniawan
“Perpisahan ini sangat menyedihkan karena banyak hal yang tidak akan dapat kami lupakan dari Ibu yang teguh memegang prinsip dan berwawasan luas. Telah banyak yang Ibu dapatkan di sini, pengalaman, teman, dan hal lain yang menyenangkan bahkan menyakitkan. Namun kami memohon agar Ibu dapat melupakan semua yang menyakitkan. Dan jadikan semua kebaikan sebagai kenangan yang indah, sebagaimana saya mengenang Ibu yang selalu tersenyum. Ibu telah dan pernah menjadi bagian dari komponen masyarakat Madura yang turut memberi warna waru dalam kehidupan Ibu. Saya tahu akan ada hal yang membahagiakan Ibu, yaitu kepulangan Ibu di tengah keluarga. Namun saya sebagai anak yang mencintai Ibu berharap agar Ibu tidak akan pernah melupakan kami…”
20. Ahmad Syaifur Rahman
“Ibu Guruku yang saya kagumi, kenangan bersama Ibu adalah kenangan manis yang sulit untuk dilupakan. Karena saya sungguh terkesan dengan cara Ibu menghadapi kami saat di kelas maupun kala jumpa di jalan. Pengorbanan Ibu sungguh berarti bagi kami. Tapi saat ini saya tidak bisa bertemu Ibu lagi. Semoga di tempat tugas yang baru, Ibu mendapatkan anak didik yang lebih baik dari kami. Ibu Guruku tercinta, selamat berpisah, surat ini sebagai tanda hormat saya untuk Ibu…”
(Bersambung...)