Barangkali Lirik lagu ini dapat dijadikan pertimbangan untuk pasangan muda dalam menghadapi dan menjalani kehidupan rumah tangganya. Jika ada masalah yang menimpa cobalah untuk saling mengerti dan mencari solusi yang baik. Hendaklah berpikir jernih dan mendalam sebelum memutuskan untuk bercerai. Kemarahan hanya bersifat temporer dan kan reda seiring waktu. Tidak semua perceraian didasari rasa benci, bahkan mungkin masih saling mencintai. Bagaimana penulis lirik lagu “House for Sale” mengisahkan hal tersebut dalam paparan kata-kata yang indah dan menyentuh.
Lirik lagu House for Sale sejenis puisi naratif yang kisahkan oleh tokoh “Aku” tentang perceraiannya dengan pasangan hidup yang dicintai. Uniknya, kisah dalam lirik lagi ini disampaikan dalam dua sudut pandang, yaitu eksternal (sudut pandang orang ketiga sebagai pengamat) dan internal (sudut pandang orang pertama sebagai pelaku) Tragedi perceraian tersebut dimulai dengan prolog yang disampaikan melalui perbincangan tetangga di suatu pagi. Larik demi larik saya terjemahkan bebas sebagai berikut:
Sebuah pertanda di pagi yang gerimis, hanya beberapa jam setelah fajar menyingsing.Nyonya Hanley mengintip dari balik tirai, bertanya-tanya apa yang sedang terjadi. Para tetangga berkata sambil minum secangkir kopi: Pasangan muda yang baik itu telah bercerai.
Setelah prolog tersebut, pengisahan cerita berfokus pada konten masalah yang dialami oleh ”aku lirik” tentang kesiapannya meninggalkan segalanya (namun terasa berat):
Digambarkan dengan setting dalam ruangan: Barang-barang (kain dan cristal) sudah dikemas semua dan siap untuk dibawa pergi. Dan ”akulirik” mengungkapkan isi hatinya dengan berkata kepada dirinya sendiri bahwa: ”Aku tidak akan berada di sini lagi pada musim semi mendatang untuk melihat bunga-bunga mawarku tumbuh. Dan semua hal yang kau coba untuk memperbaikinya. Atap masih bocor, pintu rumah masih bertanda ”Rumah Dijual” Kau dapat membacanya pada tanda ”Rumah Dijual”. Itu adalah milikmu dan milikku. Dan esok, beberapa orang asing akan menaiki tangga menuju kamar tidur yang penuh kenangan. Satu tempat yang kita gunakan untuk berbagi.
Ada atmosfer keharuan yang melatari suasana dalam rumah itu, suasana dalam hati ”aku lirik” merambat bagai gelombang elektromagnetik menjadi getaran yang dapat dirasakan oleh pembaca/pendengarnya. Sangat dapat dirasakan bahwa ”aku lirik” merasa berat atas perpisahan itu. Semua baginya sangat berarti dan sulit untuk ditinggalkan. Musim semi yang indah bersama mawar tumbuh, kamar yang penuh kenangan berdua, sungguh berat bila esok hari akan ditempati orang lain, orang asing dalam rumah itu. Dan rumah milik berdua harus dijual. Palang kayu bertuliskan ”Rumah Dijual” menghiasi pintu rumah, milik mereka berdua.
Kenangan demi kenangan dalam rumah itu membuatnya semakin berat. Lukisan yang sangat disukai pasangannya bergitu berkesan karena dia teringat ketika mendapatkannya tanpa sengaja di Spanyol. Nampan perak pemberian Ibunya pada hari pernikahan juga memberi kenangan tersendiri. ”Aku lirik” mengatakan:
Aku tahu kau sangat mencintai lukisan itu, (kita beli) dari toko kecil yang menyenangkan di Spanyol. Ingat bagaimana kita menemukannya, ketika kita berteduh dari hujan yang tiba-tiba turun di musim panas. Tapi kupikir aku akan menyimpan nampan perak pemberian ibuku pada hari pernikahan kita”.
”Rumah Dijual”
Kau dapat membacanya pada tanda ”Rumah Dijual”. Itu adalah milikmu dan milikku
Dan esok, orang-orang asing akan menaiki tangga menuju kamar tidur yang penuh kenangan. Satu tempat yang kita gunakan untuk berbagi.