Rasa sentimentil itu berawal pada suatu hari, saat kudengar sebuah lagu klasik. Seperti biasa, aku menikmatinya di antara rutinitas di “balik” meja kerja. Namun, ketika lagu berakhir aku baru menyadari tentang sesuatu yang sangat menarik pada liriknya:
“Jangan aku kau tinggalkan”.
“Jangan aku kau tinggalkan”.
“Jangan aku kau tinggalkan”.
Aku bertanya tentang judul lagu itu.
“Jangan Aku Kau Tinggalkan, punya Goodman Brothers”, jawab temanku.
“Nyanyikan sekali lagi”, pintaku antusias.
Lirik demi lirik yang dikemas dalam lagu melankolis aku nikmati tanpa sisa. Sampai pada ungkapan terakhir: “Jangan aku kau tinggalkan. Jangan aku kau tinggalkan. Jangan aku kau tinggalkan”, mengingatkan terhadap kata-kataku sendiri. Aku sedih, dan rasa itu begitu sulit untuk kutahan: Aku takut kau tinggalkan. Walaupun kutahu bahwa kau tak akan kubiarkan pergi...
Aku hunting lagu "Jangan Aku Kau Tinggalkan" by Goodman brothers di search engine dan telah menemukannya. Namun software lirik yang kupunya tak mampu mendeteksi lirik lagu itu. Search engine pun tak sanggup melacak keberadannya. Lalu kutranskrip sendiri bunyi demi bunyi menjadi tulisan ini. Kutipan lirik yang sangat kusuka adalah:
"Sungguh sunyinya rasa bila kau tiada
Hilang tempat ku bermanja
Kumohon maaf merayu padamu
Kembali padaku
...
Jika kau sunyi dan terasa rindu
Kembali padaku
...
Jangan aku kau tinggalkan
Jangan aku kau tinggalkan
Jangan aku kau tinggalkan""
Lirik Lagu itu: