Setelah berurusan dengan "Mr. Bill" di kantor Telkom Kota Malang Jalan Ahmad Yani, saya dihadang gadis kecil berpakaian merah putih di pintu keluar. Ia menyodorkan selembar kertas putih berukuran 11x21 cm dengan latar gambar bendera yang tercabik di ujungnya. Saya ulurkan tangan menerima kertas itu dengan senyum sambil bertanya, “Kelas berapa Dek?” Agak tersipu dia menjawab, “Kelas enam.” Ya, gadis kecil kelas enam Sekolah Dasar (yang masih malu-malu) itu, memberi saya bahan renungan tentang kemerdekaan. Tulisan bergenre puisi tersebut (entah karya siapa), berjudul “Untuk Direnungkan…!!!” Isinya berupa ironi kemerdekaan. Tentang 66 tahun Indonesia merdeka, tentang penderitaan rakyat, tentang kesewenang-wenangan penguasa, dan kebobrokan birokrasinya. Lengkapnya seperti ini:
Untuk Direnungkan
Sayang ,saya tidak sempat berdialog dengan gadis kecil itu. Seandainya bisa, saya ingin bisikkan kepadanya (walaupun sebenarnya dia sendiri belum tentu mengerti arti kemerdekaan): “Dek, bangsa dan negara kita memang sedang sakit, tetapi bagaimana pun kondisinya, jangan pungkiri bahwa Indonesia telah merdeka. Para Pahlawan telah berjuang dan mengorbankan segalanya untuk martabat dan harga diri bangsa bernama kemerdekakan. Founding Father telah memberikan yang terbaik untuk negeri ini. Jangan kau tanya lagi arti merdeka, bertanyalah kepada diri sendiri, dengan apa kita isi kemerdekaan ini. Tentang Kaya-miskin dan baik-buruk, itu adalah kisah hidup sepanjang masa. Keberadaannya bagaikan sekeping mata uang yang saling berdekatan sisi-sisinya, tak akan terpisahkan. Dan selalu ada sebagai pelangi dalam kehidupan. Seperti tarikan napas kita yang tak pernah sama, demikianlah dunia. Kemiskinan, kebodohan, ketidakadilan, korupsi, dll adalah persoalan bangsa yang kompleks, yang tak seorang pemimpin pun sanggup mengatasinya dengan mudah. Bila saat ini Ibu Pertiwi sangat terluka, percayalah bahwa putra-putri terbaiknya tanpa henti mengusahakan kesembuhannya. Mari berikan doa tulus kita, karena Tuhanlah muara segala harap. Maaf Dek, kata-kata ini terlalu berat untukmu, seberat amanat yang dibebankan kepadamu. Terima kasih atas bahan renungan yang kau berikan. Terima kasih juga karena kau telah menjadi inspirasi saya."
"Dirgahayu Indonesia...!!!
Semoga engkau tetap eksis walaupun cinta bangsamu telah terkikis"
"Dirgahayu Indonesia...!!!
Semoga engkau tetap eksis walaupun cinta bangsamu telah terkikis"
Dirgahayu negeriku
BalasHapusSemoga makin maju
(ada benarnya juga lho renungan yang dibagikan adek itu :-)
Salam ukhuwah
Sungguh ironis memang, mencampuradukkan arti "MERDEKA" dengan "SEJAHTERA" seolah itu adalah sama. Jujur aja... kalo Jepang gak kalah perang, apakah kita akan merayakan kemerdekaan yang ke 66 tahun ini?
BalasHapusSebuah rumah tangga dibentuk untuk menciptakan kesejahteraan bak surga, tapi ada yang tak tercipta kesejahteraan meski materi tercukupi, dengan kata lain, apakah kalo seluruh rakyat Indonesia sudah tidak ada satupun yang "miskin" (materi) trus merasa "Merdeka"(baca: Sejahtera) ???
sungguh menderita kaum lemah meskipun telah merdeka selama 66 tahun. ternyata, tak lepas bangsa ini dari penjajah. bukanlah penjajah seperti dulu, tetapi penjajah yang berasal dari negara yang dimerdekakan pejuangnya, para pejabat yang lalim. semoga artikel ini menjadi renungan sejenak.
BalasHapusmalam kmarin kulihat bulan malu menampakkan indahnya, sekiranya dia tau apa yg tlah terjadi pada bangsa ini,.
BalasHapusterdiam dan brsembunyi di kgelapan malam, ingin dia tnjukkan keadaan pmimpin kita,.
ku hnya bisa tersenyum brsama bendera yg berkata " hai pmuda, bsakah kau jadi miskin moral?"
hati tertusuk selagi berpikir, untuk apa rakyat trus menangis di atas tanah garuda yang brisi jutaan semangat yg menguap dari saksi bisu perjuangan,.
allahu akbar, merdeka, kata itu kluar dari nurani stiap pmuda yg mrintih karena kyakinan akan perubahan,.
dulu kolonial menjajah kita karena kekayaan sumber daya alam kita yg melimpah, bukan kekayaan sumber daya manusianya.
BalasHapussetelah "merdeka" tetep saja sistem kolonial yang dipake (contohnya KUHP, dll)
So "kemiskinan" adalah merupakan takdir bangsa ini, tapi ingat... Tuhan masih memberi kesempatan untuk "merubah" takdir bangsa ini, bukan mengeluh, mencaci, menghujat dll. dll. yang bersifat negatif.
Jadikan nikmat sekecil apapun sebagai landasan untuk berubah sebagai tanda rasa syukur kita.
Kalo tidak,,, yaaa... sampai akhir jaman ya tetep aja kayak gene...