Rapat Pertama :
Tanggal 27 Oktober 1928, malam Minggu, pukul 7.30 - 11.30 di Gedoeng Katholieke Jongenlingen Bond, di Waterloophlein Noord (kini Jalan Lapangan Banteng Utara.
1. Memboeka kerapatan oleh toean Soegondo
2. Menerima salam dan menjoekai kerapatan.
3. Dari hal persatoean dan kebangsaan Indonesia oleh Muhammad Yamin
Rapat Kedua:
Tanggal 28 Oktober, hari Minggu pukul 8.00 - 12.00 di Oost Java Bioscoop di Koningsplein Noord (kini Jalan Merdeka Utara) membicarakan perkara pendidikan oleh 4 orang yaitu :
Mej (nona) Poernomowoelan
Toean Sarmidi Mangoensarkoro
Toean Djokosarwono
Toean Ki Hadjar Dewantoro
(Catatan : Poernomowoelan berbicara tentang pendidikan di asrama,
sedangkan yang lainnya berbicara tentang pendidikan kebangsaan)
Rapat Ketiga :
Tanggal 28 Oktober 1928 malam Senin pukul 5.30 - 7.30 di Gedoeng Indonesische lubgebouw (kini Jalan Kramat 106).
1. Perkara Pergerakan Pandoe (Padvinderij) oleh Ramelan, Commandant Sarekat Islam Afdeling Padvenderij
2. Pergerakan pemoeda Indonesia dan pemoeda di tanah leoaran oleh Toean Mr. Soenario
3. Mengambil poetoesan
4. Menoetoep Kerapatan
Yang diundang untuk menghadiri kongres itu adalah semua perkumpulan dan mahasiswa serta perkumpulan-perkumpulan kaum dewasa atau partai politik. Peserta kongres kurang lebih 750 orang, yang terpenting adalah wakil-wakil:
i) PPPI yang dipimpin oleh Soegondo Djojopoespito,
ii) Jong Java yang dipimpin oleh RM. Djoko Marsaid,
iii) Jong Islamieten Bond yang dipimpin Djohan Muhamad Tjaja,
iv) Jong Soematranen Bond yang dipimpin Muhammad Yamin,
v) Jong Bataks Bond yang dipimpin Amir Syarifudin,
vi) Wakil-wakil Jong Celebes yang dipimpin R.C.L. Senduk,
vii) Jong Ambon yang dipimpin J. Leimena,
viii) Wakil-wakil pemoeda Indonesia yang dipimpin R. Katjasoengkana,
ix)Wakil-wakil pemoeda Kaum Betawi yang dipimpin Rochjani Soe'oed.
Dari pihak kaum dewasa yang hadir adalah Mr. Sartono yang mewakili PNI cabang Jakarta, Kartakoesoema PNI cabang Bandung, Abdurrahman mewakili Boedi Outomo Jakarta, Mr. Soenario mewakili PAPI (Persaoedaraan Antar Pandoe Indonesia), Kartosoewiryo mewakili Pengurus Partai Syarikat Islam, Sigit mewakili Indonesische Club, Muhidin mewakili Pasundan, Arnold Mononutu yang mewakili
Persatuan Minahasa.
Tokoh-tokoh yang hadir adalah S. Mangunsarkoro, Nona Poernomowulan, Mr. Mohammad Nazif, Emma Poerdiredja, Koentjoro Poerbopranoto, Soekmono, Soerjadi, Djaksudipoero (Wongsonegoro), Moh.Roem, Dien Pantouw, Soewirjo, Soemanang, Dali, Syahboeddin Latif, Soelaiman, Kartomenggolo, Soemarto, Jos Masdani, Anwari, Nona Toembel, Moh. Tamzil, AK Gani, Kasman Singodimejo, Anggota-anggota Dewan Rakyat (Volksraad) yang hadir adalah Dr. Pyper dan Vander Plas. Dari kalangan Pers yang hadir adalah Saeroen, WR. Soepratman.
Sidang-sidang yang penuh semangat dan dijiwai oleh hasrat dan keinginan yang berkobar-kobar untuk mencapai kesatuan dan persatuan menuju Indonesia Merdeka itu, diselingi pula oleh dua kali insiden dengan polisi Belanda yang mengawasi jalannya kongres. Yang terpenting pada sidang ketiga adalah selingan yang diberikan oleh
seorang wartawan yang gemar musik Wage Rudolf Soepratman. Dengan izin dari ketua sidang, Soegondo Djojopoespito, ia memperdengarkan nyanyian Indonesia Raya melalui gesekan biolanya.
Pimpinan sidang kuatir bait-bait syair "Indonesia Raya" yang penuh dengan ungkapan Indonesia Raya dan Merdeka itu akan mengundang insiden lagi dengan polisi-polisi Belanda yang berada disitu. Setelah Istirahat selesai, rapat yang ketiga dibuka kembali oleh ketua sidang, dengan suara keras membacakan usul resolusi yang
berjudul "Poetoesan Congres Pemoeda-Pemoeda Indonesia" Sebelum disahkan oleh kongres, atas permintaan ketua sidang Moehammad Yamin memberi penjelasan panjang lebar seraya memberikan tekanan-tekanan pada hal-hal penting yang telah dikemukakan oleh semua pembicara, serta menegaskan bahwa usul resolusi itu sesuai dengan apa yang telah dikemukakan oleh mereka. Setelah mendengar penjelasan itu, usul resolusi tersebut disahkan oleh kongres. Hadirin bertepuk tangan diiringi dengan pekikan:"Hidup Persatuan". Perasaan lega dan bangga, meliputi seluruh yang hadir karena Kongres Pemoeda kedua telah berhasil dengan gemilang. Poetoesan Kongres inilah yang kemudian disebut "Soempah Pemoeda"
POETOESAN CONGRES PEMOEDA-PEMOEDA INDONESIA
Kerapatan pemoeda-pemoeda Indonesia jang diadakan oleh
perkoempoelan-perkoempoelan pemoeda Indonesia jang berdasarkan
kebangsaan dengan namanya : Jong Java, Jong Soematera (Pemoeda
Soematera), Pemoeda Indonesia, Sekar Roekoen, Jong Islamieten Bond,
Jong Bataks Bond, Jong Celebes, Pemoeda Kaoem Betawi dan
Perhimpoenan Peladjar-peladjar Indonesia.
Memboeka rapat pada tanggal 27 - 28 Oktober di negeri Djakarta,
sesoedahnya mendengar pidato-pidato dan pembitjaraan jang diadakan
di dalam kerapatan tadi, sesoedah menimbang segala isi pidato-pidato
dan pembitjaraan ini; kerapatan laloe mengambil poetoesan :
Pertama,
KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA,
MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH INDONESIA.
Kedoea,
KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA,
MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE BANGSA INDONESIA.
Ketiga,
KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA,
MENJOENJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA.
Setelah mendengar poetoesan ini kerapatan mengeloearkan kejakinan Azas ini wajib dipakai oleh segala perkoempoelanperkoempoelan kebangsaan Indonesia;
Mengeloearkan kejakinan persatoean Indonesia diperkoeat dengan memperhatikan dasar persatoeannya :
● Kemaoean
● Sedjarah
● Bahasa
● Hoekoem adat
● Pendidikan dan Kepandoean
Dan mengeloearkan pengharapan soepaja poetoesan ini disiarkan dalam segala soerat kabar dan dibatjakan di moeka rapat perkoempoelan-perkoempoelan kita.
Sumpah Pemuda telah berhasil menyatukan gerak langkah seluruh bangsa untuk melakukan perlawanan terhadap kolonialisme dan imperialisme yang telah menjajah selama lebih dari tiga setengah abad. Sumpah Pemuda telah memberikan semangat dan motivasi baru bagi bangsa ini untuk memperjuangkan nasib dan eksistensinya sebagai bangsa yang merdeka, bersatu, dan berdaulat.
Sumpah Pemuda telah memberikan inspirasi terhadap seluruh anak bangsa untuk tetap menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sebagai bagian dari proses sejarah, jiwa dan semangat Sumpah Pemuda perlu diaktualisasikan agar tetap relevan dengan perubahan zaman. Reaktualisasi jiwa dan semangat Sumpah Pemuda harus bermakna bagi seluruh komponen bangsa untuk memberikan rasa keadilan dan kesejahteraan menuju Indonesia yang bermartabat.
Reaktualisasi jiwa dan semangat Sumpah Pemuda juga harus dimaknai pula sebagai upaya yang serius untuk dapat menjaga integritas dan jati diri bangsa di tengah kehidupan global. Globalisasi sebagai bagian dari perkembangan peradaban umat manusia merupakan fenomena yang tidak bisa dihindari. Interaksi global akan berpengaruh terhadap upaya membangun jati diri dan martabat bangsa. Oleh karena itu eksistensi bangsa di masa depan akan ditentukan oleh seberapa jauh bangsa ini mampu berdiri sama tegak dengan negara-negara lain dalam pergaulan Internasional.
Untuk membangun jati diri dan martabat bangsa haruslah didasarkan pada kemampuan nasional membangun kompetensi bangsa, sehingga mampu bersaing di era global. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa daya saing bangsa merupakan nilai intrinsik
yang harus melekat pada jati diri dan martabat bangsa. Pada era globalisasi, semangat dan jiwa Sumpah Pemuda harus menjadi inspirasi untuk membangun kesadaran kolektif bangsa guna meningkatkan kualitas dan daya saing pemuda dengan tetap
menjaga eksistensi pemuda dalam percaturan global. Pemuda dalam kehidupan global akan menjadi eksis apabila menunjukkan sebuah kapasitas kemandirian dalam menjalankan tugas dan tangggung jawabnya sebagai generasi penerus bangsa.
Momentum Peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-81 tahun 2009 layak dijadikan momentum untuk meningkatkan kualitas pemuda Indonesia yang mandiri. Meningkatnya kemandirian pemuda akan berimplikasi positif terhadap upaya mengatasi masalah pengangguran, kesejahteraan, dan menurunnya tingkat kemiskinan penduduk di Indonesia. Hal ini sejalan dengan komitmen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menjadikan pemuda
sebagai prioritas utama dalam pencapaian Millenium Development Goals (MDGs), yang berkomitmen untuk menghapus kemiskinan sampai tahun 2015.
PBB (UNO) menetapkan 15 prioritas dalam pembangunan kepemudaan yaitu: Pendidikan, Lapangan Kerja, Kelaparan dan Kemiskinan, Kesehatan, Lingkungan, Penyalahgunaan Narkoba, Kenakalan Remaja, Waktu Luang (Leisure-Time), Pergaulan
Pemuda dan Pemudi, Partisipasi Pemuda dalam Pembuatan Keputusan, m empersiapkan Pemuda dalam era Globalisasi, Informasi dan Teknologi Komunikasi, HIV/AIDS, Pemuda dan Pencegahan Konflik, serta Masalah Antar Generasi. Kelima belas prioritas pembangunan kepemudaan merupakan prioritas utama dalam pencapaian MDGs.
Peringatan hari Sumpah Pemuda ke-81 ini bertema "Pemuda Mandiri, Indonesia Maju dan Bersatu". Tema ini secara khusus mengandung pesan bahwa bekal menuju Indonesia sejahtera adalah dengan mencetak, membangun dan mengembangkan pemuda Indonesia yang patriotik, memiliki jati diri, memiliki wawasan dan jiwa nasionalis-religius, berpegang teguh pada komitmen untuk tetap bersatu berdaulat di bawah naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta tumbuhnya kesadaran dan semangat untuk bangkit dan keluar dari keterpurukan serta krisis multidimensional yang melanda bangsa Indonesia.
(Ditulis berdasarkan PEDOMAN PELAKSANAAN
HARI SUMPAH PEMUDA KE-81 TAHUN 2009)